Buat gue, pagi itu bener-bener pagi yang berat. Ada rasa kecewa yang menusuk.
Kecewa karena apa? Gue udah kalah telak.
Kalah telak? Sama siapa? Rahasia. Itu bagian dari proyek gue yang belum bisa dipublikasikan.
Nafas-nafas pertama di pagi hari mulai gue rasakan. Oksigen mengalir bebas ke paru-paru gue lalu mengelilingi gang-gang di seluruh tubuh gue. Sampailah dia di otak. Pertama-tama, otak gue sama hati gue nggak sinkron. Korslet bahasa bagusnya. Untung aja ada oksigen yang menengahi. Pelan-pelan, gue buka mata dan sadar. Tanpa basa-basi, gue ngambil hape bokap dan menuliskan apa yang gue sadari.
Bukti sah (lagi-lagi Twitter):
Semangat gue yang kabur entah ke mana, tiba-tiba balik memeluk gue. Gue harus tetap berjalan walaupun gue merasa kecewa atau kalah telak. Ibaratnya, gue sedang mencoba berlari dengan satu kaki. Sulit, tapi pasti bisa.
Andaikata gue tetap berkumul dengan kekecewaan, gue pasti bakal ngerasain sakitnya penyesalan. Padahal, nyesel itu nggak ada dalam kamus gue.
"Pertama-tama, gue mencoba berjalan dengan satu kaki. Lama-lama, gue berlari dengan satu kaki. Dan suatu ketika, gue akan mendaki gunung dengan satu kaki."
artinya...
Gue melanjutkan hidup gue dengan sakit hati dan kecewa yang gue rasakan. Gue jadikan itu semua sebagai pemandu sorak pribadi.
Nggak ada yang boleh menghalangi usaha dan niatan gue buat mengejar dan meraih semua impian, obsesi, cita-cita, dan keinginan gue.
SEMANGAT!!
God Bless.
Salam,
Maria Paschalia Judith Justiari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar