Tampilkan postingan dengan label Better Outside. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Better Outside. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Juli 2015

BOLANG Edisi Mall Kelapa Gading

Halo everibadeeeehhh..

Ini benar-benar tulisan yang terlambat sih gaes hehehe
Mungkin sekitar setahun lalu lebih.

Jadi, pas awal-awal Juni 2014, gue iseng pengen pergi ke Mall Kelapa Gading. Belum pernah sama sekali soalnya, huftyna :(

Nah karena gue nggak mau perjalanan berjudul "Bocah Petualang" gue berakhir menjadi "Bocah Hilang", gue pun meminta Jeanice (usut punya usut salah satu badhaynya KMK ITB 2012). Secara random, gue nge-chat dia dan minta dia jadi tour guide di Mall Kelapa Gading. Sebenarnya cukup beralasan sih. Jeanice 'kan tinggal di Sunter, terus konon katanya dia sering main ke Mall Kelapa Gading. Untunglah dia mengiyakan keinginan random gue tersebut.

Oke. Bermodalkan pengetahuan dari perselancaran di dunia maya dimodifikasi dengan insting bolang gue, gue pun berangkat ke Mall Kelapa Gading dengan kendaraan umum.

Mula-mula gue ke halte Cibubur Junction. Di sana banyak kendaraan umum yang menuju ke berbagai macam kawasan. Berdasarkan hasil penselacaran, disarankan naik Mayasari jurusan Tanjung Priok dari Kampung Rambutan. Tapi ai males banget kalau harus ke Rambutan dulu. Berkat insting bolang yang gue miliki, gue pun memilih naik 56 ke Cawang. Kendaraan bernomor 56 ini berwujud Elf warna merah bata dengan jurusan Cileungsi-UKI.

Sesampainya gue di Cawang, gue menunggu kendaraan apapun yang bertujuan ke Tanjung Priok. Lewatlah suatu bus besar tak ber-AC dan bukan Mayasari tapi tujuannya Tanjung Prioke. Gue langsung nanya keneknya, "Lewat Gading 'kan, Pak?" "Lewat, Neng."
Nthap.
Gue naik dan berdiri dekat jendela biar bisa merasakan sepoi-sepoi angin Jakarta #hasek (alasan sebenarnya sih biar nggak gerah).

Sekitar 30 menit perjalanan, gue pun melihat gedung Mall Artha Gading dan meminta turun dari bus. Senangnya jalan nggak terlalu macet. Di bawah tol Jakarta - Tanjung Priok, gue menyebrang dengan sangat hati-hati. (((((SANGAT HATI-HATI)))))

Menurut hasil penselacaran, gue harus naik angkot nomor 37. Rezeki memang nggak ke mana, angkotnya langsung muncul di hadapan gue. Gue naik dengan hati riang. Oke, lebay.

Hanya 10 menit perjalanan, abang angkotnya sudah berkata, "MKG MKG,". Mendengar informasi dari Bapak Supir Angkot, gue turun dan menyerahkan selembar 2000 rupiah.
Di sinilah konflik terjadi.
"Neng, uangnya kurang 1000 nih,"
"Oh iya, Pak," gue menyahut sambil ngubek-ngubek tas nyari duit seceng. Ternyata si Bapak masih lanjut ngedumel
"Mana ada sih Neng ongkos 2000,"
"Aduh punten, Pak. Maafin saya, Pak. Saya teh bener-bener baru pertama kali ke sini. Saya nggak tahu kalau jarak dekat di sini tuh 3000," kata gue memelas namun jujur. Yha bener, ini 'kan kali pertama gue ke daerah Gading dan sama sekali nggak tahu kalau jarak dekat memakan ongkos 3000 rupiah. Waktu itu di Depok jarak dekatnya masih 2000 rupiah dan ongkos tersebut yang gue jadikan patokan. Maapin Pak, ternyata saya salah :(
Lalu si Bapak supir langsung ngacir setelah gue memberikan 1000 rupiah.

Sesudah konflik perkara 1000 rupiah, gue menyebrang ke Mall Kelapa Gading dan duduk di foodcourt yang dekat Chatime sambil menunggu Jeanice.
Supaya menunggu Jeanice bisa produktif, gue pun selfie di foodcourt ala kadarnya. Begini hasilnya.


Tidak lama kemudian Jeanice datang. Berdua bareng Jeanice, kami menuju XXI yang ada di MKG sambil keliling. Waktu itu kita nonton Maleficent. Terus gue baper. Ada beberapa adegan yang bikin gue nangis. Tapi tahun lalu memang pas itu gue lagi baper-bapernya sih HEHE



Seselesainya nonton, kita lanjut keliling lagi. Jeanice ini baik hati sekali, nggak bohong. Dia benar-benar menjadi tour guide sejati. Bahkan dia menjelaskan tiap-tiap detil dari MKG sampai La Piazza. Sempat juga keluar-masuk beberapa outlet di sana, salah satunya UNIQLO yang pada saat itu lagi sale. Aeh Jeanice sungguh baik hati :') Maafkan aku yang pernah berburuk sangka padamu, Jen. Peyuk Jeanice *HUG*

Overall MKG itu cukup luas. Belum lagi ditambah La Piazza Dalam 1 area besar, gedung MKG dibagi jadi MKG 1, MKG 2, MKG 3, MKG 4, dan MKG 5. Iyaps, kelima MKG itu satu gedung. Enaknya mall besar gini tuh segalanya lengkap. Pilihan makanannya pun beragam. Toko-tokonya juga banyak anekanya. Kalau mau jalan sendiri di sini sih menurut gue tempatnya enjoyable. Nongski bareng temen juga seru. Sama keluarga juga asyik. Berdua doang sama pacar atau teman juga menyenangkan. Terus banyak cafe-cafe kecil gitu yang lucu banget dan bikin penasaran. Waktu itu ku ingin main ke sana cuma lagi nggak nafsu untuk wisata kuliner hehe

Gue pun pas sama keluarga ke MKG, sangat menikmati kulinernya di foodcourt MKG-berapa-gitu-ku lupa (di MKG tuh foodcourt nya nggak cuma 1). Pokoknya desain foodcourt yang ini agak remang-remang terus bertemakan woodies gitu. Keluarga gue ampe kalap di sana hahaha

Sayang waktu itu nggak sempet selfie sama Jeanice. Yaudah Jen, ini foto kita yang lama aja, pas kita masih tepebe unyu gitu. Maafin lupa ngajak elu selfie



Ah ya, gue sempet nyari-nyari Calais di mananya MKG sih. Yaaaa mana tau tetiba di rumah gue kepengen Calais terus ngacir kemari... Yha mana tau hehe.. Well, finally gue tau Calais itu ada di Mall Kelapa Gading 3. Itupun taunya pas main ke MKG untuk kedua kalinya.

Sekitar jam setengah tigaan, gue pamit ke Jeanice. Gue males banget kena macet soalnya. Habis saying goodbye, gue keluar MKG dan entah kenapa ambil angkot merah jurusan Rawamangun. Kalau nggak salah, angkot 04. Gue pun turun di Arion Mall dan duduk di halte nungguin bus. Jujur aja, gue belum punya bayangan mau naik bus apaan. Di tengah ketidakjelasan gue mau naik bus apaan, lewatlah bus Mayasari AC jurusan Depok - Pulo Gadung. Ditambah lagi abangnya teriak, "Depok Depok Depok!"
Gue naik tuh Mayasari. Syukurlah gue dapet tempat duduk dan ber-AC. Ongkosnya 12000 rupiah waktu itu.

Singkat cerita, gue sampai di Depok dan tanpa mampir ke sana-ke sini, gue menuju rumah. Sekian cerita Bolang gue :3

Terima kasih telah membaca tulisan ini.
Semangat selalu dan jangan lupa bersyukur :)
Semoga Yang Mahakuasa senantiasa memberkati.

Salam dari yang mengaku Bolang Terakreditasi A,
Maria Paschalia Judith Justiari

Rabu, 29 April 2015

Sepenggal Celoteh Pengembara

“Neng, ini kayaknya sepatu udah jelek banget. Beneran mau dibenerin aja, Neng? Nggak mau beli baru?”
“Enggak, Mang. Dibetulin aja.”
“Saya jadi heran, Neng. Kenapa ya banyak anak seumuran Eneng malah nyimpen sepatu yang kayaknya udah jelek banget, bahkan masih kekeuh buat benerin sepatu yang rusak. Eneng sendiri kenapa?”
“Karena sepatu ini udah nemenin saya ke mana-mana, Mang, hehehe”

*****

Aku berani mengecap diriku sebagai Bocah Petualang Terakreditasi A. Begitu banyak bentuk petualangan yang aku cicipi. Dari yang alam banget yang mall banget. Dari perjalanan ke Mall Kelapa Gading sampai perjalanan ke Mahameru. Begitu beragam dan begitu aku syukuri.

Dari kecil aku memang tidak bisa duduk diam. Jika di rumah tidak ada yang aku kerjakan, sontak aku mengambil ransel serta mengenakan kaos, celana panjang jeans, kaos kaki, dan sepatu keds bertali. Lalu aku berpamitan dan melenggang keluar rumah. Kadang ada tujuan tertentu, kadang tanpa tujuan.

Dari yang alam banget sampai yang mall banget. Dari perjalanan ke Mall Kelapa Gading sampai perjalanan ke Mahameru. Begitu beragam dan begitu aku syukuri. Dari perjalanan yang terdokumentasikan oleh kamera sampai yang teringat jelas dalam benak tanpa dipotret kamera.


Dari yang alam banget
Agustus 2014 aku memutuskan untuk mendaki Semeru hingga Mahameru. Mahameru sendiri mengajarkanku untuk menjadi pribadi yang tangguh dan mampu melawan keterbatasan fisik dalam suatu totalitas.


 Meraih puncak Mahameru adalah kesulitan dan tantangan luar biasa bagiku. Namun aku tak membiarkan diriku dihipnotis kata menyerah.
Bukankah sama ketika aku berjuang meraih puncak-puncak kehidupanku, kata menyerah tak boleh mampir dalam hidupku?


Tiap setahun sekali, aku melakukan tea walking bersama keluarga. Bagiku merupakan suatu yang berharga berjalan sekitar 3 km sampai 5 km untuk menikmati udara segar dan pemandangan indah buatan Yang Mahakuasa.


20 Juli 2014.
Tea-walk sejauh 4 km ini memuaskan raga akan pesona harmoni antara awan putih, langit biru, dan tentunya hijau kebun teh

Akhir tahun pun aku memilih untuk pergi ke dataran tinggi di Pegunungan Tengger untuk mengabadikan pesona matahari terbit yang terakhir di tahun 2014. Matahari terbit telah menjadi sumber semangat tersendiri bagiku untuk menjalani hari di tahun 2004.

Kepada matahari di ufuk timur, ingatkan aku selalu untuk terbit sebagai suatu jalan keluar 

Dataran tinggi pun punya pesona tersendiri untuk memberi kesegaran pada raga, pikiran, dan perasaan milikku. Memiliki waktu untuk berhenti sejenak memandangi pesona tersebut merupakan waktu yang sungguh tidak sia-sia untuk dinikmati.
Negeri atas awan di Kediri, suatu surga yang malu-malu untuk memamerkan pesonanya

Bicara kesegaran, air yang mengalir tumpah ruah dengan derasnya pun tak terelakkan menjadi sumber kesegaran itu tersendiri. Tapi namanya juga kesegaran yang lain daripada yang lain, perlu perjuangan untuk menikmati kesegaran itu. Perjalanan ke air terjun mengajarkanku bahwa segala yang indah membutuhkan perjuangan. Bahwa untuk meraih segala yang aku sebut keberhasilan pasti membutuhkan perjuangan.

Air Terjun Dolo, Kediri
Air Terjun Malela, Jawa Barat.
Melangkahkan kaki ke sana bukanlah perjalanan yang mudah. Namun begitu bertemu dengan air terjun ini, seluruh penat dan lelah tak lagi hinggap dalam diri raga ini.


Sampai ke yang mall banget
Bisa jadi bagi orang lain perjalanan ke mall di seputaran Jakarta merupakan suatu kemewahan. Bagiku biasa saja. Aku lebih memilih pergi ke mall dengan angkutan umum. Kenapa? Karena aku begitu ingin menikmati dinamika berbagai lapisan masyarakat yang berinteraksi dalam angkutan umum. Adalah sudut pandang yang menyegarkan kala aku mengamati bagaimana dinamika interaksi tersebut dibanding hanya duduk diam dalam kendaraan pribadi atau taksi.

Senja pusat kota Jakarta dari sudut pandang Grand Indonesia


Pulang dari Grand Indonesia, aku pergi ke sini untuk naik Commuter Line jurusan Depok
Tak kusangka-sangka, sekarang Stasiun Sudirman sekeren ini.
Pernahkah kita menghargainya?


Kadang kala, aku tak sempat mengambil potret untuk suatu momen hanya karena aku terlarut dalam yang disajikan oleh perjalananku.

Semisal ketika aku bertualang dengan angkutan umum, entah bus (Kopaja, Metromini, Mayasari, dkk) atau kereta (kereta api ekonomi jaman baheula).
Aku membiarkan telingaku menikmati alunan lagu yang didendangkan pengamen-pengamen sepanjang perjalanan. Dari suara mereka, aku mengasah kepekaanku pada realita hidup yang mesti diperjuangkan. Dari suara mereka pula aku belajar yang namanya ketegaran hidup. Tak jarang lirik yang mereka senandungkan berisi protes atas ketidakadilan bahkan berisi keprasahan harap akan kesejahteraan.

Aku membiarkan mataku merekam segala aktivitas yang lewat di hadapanku. Pernah aku memperhatikan seorang ibu berpakaian lusuh berjongkok di hadapanku dan membersihkan kereta ekonomi tempat aku berada. Aku hanya membisu dan terhenyak. Dia berlalu dari hadapanku dan membersihkan gerbong lainnya. Dia tak mengenakan baju seragam resmi jadi bisa aku pastikan dia hanya menanti uluran kasih yang memberikannya sedikit uang sebagai penopang hidupnya. Saking tak bisa berkata apa-apa aku hanya bisa diam memandanginya.

Pernah juga mataku merekam seorang anak kecil yang asyik bermain ponsel di dalam angkutan umum. Dia duduk di hadapanku dan tanpa sengaja memaksaku mengingat-ingat apakah di umur yang sama aku pernah seasyik itu bermain ponsel. Rasa-rasanya tidak. Yah, jaman memang telah berubah. Mungkin karena begitu herannya tanganku sampai sempat merogoh tas dan memotret apa yang ada di hadapanku.

Gadis kecil yang tengah begitu asyik dengan ponselnya

*****

Segala perjalanan itu aku ingat dan kujadikan suatu bahan pelajaran hidup.
Ketika aku melangkahkan kakiku keluar rumah sama saja aku menapaki langkah pertama untuk mengenal diri lebih jauh.
Karena dengan berpergian keluar rumah, aku memahami betapa indah karya Yang Mahakuasa , betapa agung Yang Mahakuasa, dan betapa Yang Mahakuasa mencintaiku.
Karena dengan berpergian keluar rumah, aku membuka diri pada segala macam sudut pandang yang dunia miliki. Aku pun lebih terbuka dengan pelbagai macam dinamika yang ditawarkan dunia ini.
Karena dengan berpergian keluar rumah, aku dapat menjadi pribadi yang lebih bersyukur, memiliki empati, bahkan termotivasi untuk berkarya lebih bagi kebaikan sekitarku.
Karena dengan berpergian keluar rumah, aku menemukan keeping-keping dari diriku.

 Setelah mengalami berbagai macam perjalanan, aku sepakat dengan kutipan ini


Terima kasih telah membaca tulisan ini.
Semangat selalu dan jangan lupa bersyukur :)

Ps:
Sepatu yang menjadi bahan perbincangan di atas



Salam, dari Pengembara hidup ini dengan segala petualangannya,

Maria Paschalia Judith Justiari.

#BetterOutside
#BetterOutsideID
@BetterOutsideID