Tampilkan postingan dengan label Saya dan Tuhan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Saya dan Tuhan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 Mei 2020

Agak Sedikit Basi Kalau Sekarang Berbincang tentang Natal

Sekarang tanggal?
27 Januari 2017
Kira-kira 33 hari setelah Natal

Tapi biarlah saya berkata-kata tentang Natal. Semoga tidak banyak.

Alasan saya menulis tentang Natal. Bagi saya Natal (harusnya) bukan hanya tentang perayaan 25 Desember. (Mestinya) bukan hanya tentang budaya atau kebiasaan pada 25 Desember.

Sebelum Natal 2016, setiap ditanya "Dith, lo lebih suka Natal atau Paskah?" saya pasti menjawab, "Paskah lah!!". Tidak jarang jawaban saya menuai kernyitan dahi tapi saya tidak ambil pusing. Jawaban itu muncul karena sesungguhnya saya mulai melihat Natal hanya berkisar pada perayaan 25 Desember dan persiapannya. Atau hanya berkisar pada budaya-budaya (yang didominasi budaya barat). Atau terpaut pada lagu-lagu yang katanya lagu Natal namun setelah ditelisik liriknya, kata Natal hanya disebutkan sebagai keterangan dan yang dijual adalah romansanya. Walaupun yaa pada akhirnya saya tidak berkata bahwa Natal yang demikian itu salah. Toh tiap orang memiliki pemaknaan dan perayaan Natal masing-masing. Jadi yaa sah-sah saja kalau dirayakan demikian. 

Kembali lagi ke topik. Oleh karena penglihatan sok tahu saya, saya melihat Natal memberikan sedikit momen berefleksi dan berkontemplasi. Berbeda dengan masa Prapaskah hingga Paskah, selalu ada waktu untuk menyadari diri.

Kasihan diri saya ini. Padahal saya selalu bisa memilih beragam sudut pandang dalam memaknai Natal. Sayangnya, hanya segelintir kesempatan yang saya gunakan untuk memilah dan memilihnya.
Misalnya saat SMA, saya melihat bahwasanya Natal bukan hanya milik nasrani, tapi menjadi hak tiap orang. Kenapa? Sesederhana karena setiap orang berhak merasakan damai dan kebahagiaan.

Lalu setelahnya Natal bagi saya berlanjut hambar hingga tahun 2015 kemarin. Natal 2015 memberikan saya suatu sudut pandang bahwa Natal berarti lahirnya perdamaian dengan diri sendiri.

-------

Kalimat di atas merupakan ketikan terakhir pada 20 Februari 2017
Pada 3 Mei 2020 pukul 00.20, saya mencoba menelusuri lagi hendak ke mana tulisan ini. Syukur pada Yang Maha Memiliki Memori, saya masih ingat gambaran besarnya.

Sejak Natal 2015, entah kenapa Sang Penyentuh punya segala cara dan sarana agar saya bisa memiliki ruang dan waktu untuk berefleksi, meskipun hanya sejenak. Refleksi saya pun tertuang dalam kartu ucapan yang dibagikan secara dalam jaringan atau daring.



Berlanjut pada Natal 2016, terlintas di pikiran saya tentang Natal yang bisa jadi momen yang nggak enak buat Sang Raja. Bayangin aja, Sang Raja pasti tahu dan sadar, lahir ke dunia berarti harus siap dengan skenario wafat dengan cara paling keji. Dan meskipun tahu skenario itu, Dia tetap memilih untuk lahir. Ohya, refleksi lengkapnya ada di tangkapan layar status LINE saya.








Natal 2017. Kalimat yang terngiang-ngiang dalam pikiran saya adalah seruan Nabi Yesaya yang tercantum pada kartu di bawah ini. Kata-kata Nabi Yesaya itu mengingatkan saya pribadi sebagai manusia yang hanya berperan sebagai sarana bagi Yang Mahakuasa.



Tahun berikutnya, Natal 2018. Mengingat-ingat latar belakangnya agak berat. Refleksi ini ingin menggambarkan konsistensi kesederhaan yang diwujudkan dalam kecukupan. Merasa cukup bergantung dari definisi masing-masing pribadi manusia, menurut hemat saya. Meskipun definisi itu berbeda-beda, ada rambu bagi hasrat seorang pribadi yang menjadi pengelompok bagi kecukupan. Pengelompokan itu terdiri dari, pertama mengejar kecukupan yang didefinisikan secara pribadi. Kedua,  mendefinisikan kecukupan berdasarkan kondisi yang ada, dengan kata lain, membiarkan definisi kecukupan menghampiri. Dan ya, teladan konsistensi kesederhanaan dalam kecukupan ialah Dia yang lahirnya dirayakan pada 25 Desember.



Lalu ke Natal 2019. Refleksi pada Natal 2019 ini dipengaruhi oleh kata-kata yang diucapkan Untoro Eko S pada saya dalam salah satu tantangan hidup yang sedang saya alami. Dia mengingatkan saya untuk bersikap konsekuen. Lagi-lagi, sosok konsekuen yang patut menjadi teladan adalah Sang Raja yang lahir dan nantinya bermahkota duri.




Yak.
Namanya juga manusia bandel yak, ehe. Jika diminta memilih antara rangkaian Natal atau Paskah, saya tetap memilih Paskah.
Di luar urusan-urusan seperti yang dijabarkan di atas, ada satu hal kenapa Paskah lebih unggul dibandingkan Natal. Lagu-lagu Prapaskah (masa sebelum Paskah) bernuansa gothic dan saya suka alunan nada maupun untaian liriknya. Lagu Natal yang bernuansa gothic setahu saya hanya satu dan jadi favorit saya, Carol of The Bells. Maap yak Yang Diperingati

Baik. Demikian tulisan yang saya harap ada faedahnya.
Semangat selalu dan jangan lupa bersyukur
Semoga Yang Lahir dan Bangkit melimpahkan cinta-Nya pada kita.


Salam yang masih memilih Paskah dibandingkan Natal,
M Paschalia Judith J

Selasa, 24 November 2015

Here We Go :)

Halo Welt!

So have been a long time since the last post.
Well, actually I want to share my minds and what I am thinking about lately.

Aku Belakangan Ini
Akhir-akhir ini ada pertanyaan yang aku ajukan kepada diri sendiri. Pertanyaan ini jujur saja berhasil membuatku merenung.
Dua pertanyaan.

"Hidup seperti apa yang ingin kamu raih, Judith?"
"Kualitas diri seperti apa yang ingin kamu capai?"

Kedua pertanyaan tersebut tidak serta-merta datang secara tiba-tiba. Dimulai karena aku merasa terlalu terbawa arus keseharian.

Kuliah, ya hanya sekadar kuliah.
Mengerjakan tugas, ya hanya sekadar supaya tugas itu selesai dan ada bahan yang dinilai oleh Dosen atau Asisten.
Ikut lomba atau seleksi, ya hanya sekadar mengejar nama besar dan pujian. Katakanlah, pengakuan dari banyak orang kalau ternyata aku berprestasi.
Parahnya, mengikuti semacam pelatihan terbuka, ya hanya mengejar sertifikat.

Lama-lama, aku merasa aneh.

Aneh aja. Bangun pagi bukannya mensyukuri hari tetapi malah ingin segera mengakhiri hari yang baru saja akan dimulai.
Tak ada semangat sama sekali. Enggan.
Karena keengganan menjalani hari itulah, aku mulai mempertanyakan diriku, mau dibawa ke mana hidupku ini.


Peristiwa Pertama di Waktu yang Nyaris Berdekatan
Minggu, 22 November 2015 seperti biasa aku ke gereja. Cukup berbeda dari hari-hari Minggu lainnya karena hari Minggu ini merupakan Perayaan Kristus Raja Semesta.

Kristus Raja Semesta.
Raja Semesta.

Lalu aku langsung mengamati diriku dan keseharianku akhir-akhir ini. Rupanya hari-hariku belakangan ini jauh dari pimpinan Yang Katanya Raja Semesta.
Jelas-jelas Dia Katanya Raja Semesta, Dith, logikanya Dia memimpin semesta, termasuk kamu. Begitu batinku.
Aku cuma diam.


Peristiwa Kedua di Waktu yang Nyaris Berdekatan
Di pagi hari menjelang siang, aku mendapatkan suatu kabar yang.......................yah cukup mengecewakan. Kabar itu pun mampu membuatku begitu merasa gagal. Belum lagi orang-orang di sekitarku yang sedang menikmati keberhasilannya dan keberhasilannya diumbar-umbar secara viral.

Gagal di tengah suasana seperti itu? Sedap.

Karena orang-orang di sekitarku sedang menikmati keberhasilannya dan kabar keberhasilan mereka terumbar di mana-mana, aku jadi berpikir, nilaiku sebagai manusia benar-benar sebatas gelar juara, gelar berhasil, atau katakanlah pengakuan. Akibatnya, aku menilai diriku yang tengah gagal ini sebagai manusia yang tak bernilai. Parahnya lagi, di detik itu aku tidak memiliki teman untuk berbagi cerita. 


Kolaborasi Peristiwa Pertama dan Peristiwa Kedua di Waktu yang Nyaris Berdekatan
Sadar. Aku benar-benar tersadarkan. Sesuatu-sesuatu yang kukejar akhir-akhir ini sangatlah duniawi. Dan sepengalaman aku, yang bersifat duniawi tidak banyak yang abadi.

Popularitas? Itu duniawi.
Pengakuan? Itu duniawi.
Sertifikat? Itu duniawi.
IP? Itu duniawi.
Gelar? Itu duniawi.
Pujian? Itu duniawi.

Hal-hal duniawi pasti dengan mudahnya berubah-ubah, tidak abadi. Paling-paling hanya bertahan dalam hitungan satuan waktu. Mengejar yang berubah-ubah dengan mudahnya pun menjadi sesuatu yang melelahkan. Tak urung menimbulkan kekosongan, semangat hidup yang kosong.


Kembali ke Beberapa Waktu Sebelum Aku Belakangan Ini
Waktu-waktu yang menyenangkan kalau boleh aku bilang. Tiap bangun pagi, selalu ada hal yang dengan cepat dan cekatan begitu mudah aku syukuri. Selalu membuka mata dengan semangat baru untuk menempa dan menantang diri dalam satu hari baru yang akan kujalani. Motivasinya pun begitu sederhana. Motivasinya apa, ya mungkin cukup Yang Mahakuasa, semesta, dan beberapa orang yang tahu. Sering juga aku menatap langit atau kuedarkan pandanganku pada semesta sambil tersenyum senang. Lelah? Lelah pasti ada dan ternyata lelah itu tidak menguasaiku.
Dan di waktu-waktu itu, aku berasa begitu hidup :)


Beranjak ke Simpulan
Mengejar hal duniawi atau hal spiritual ternyata sudah begitu tipis bedanya bagiku. Ke depannya mungkin aku perlu lebih cermat lagi mana yang sepatutnya aku raih. Mungkin tambahannya, aku perlu berlatih lagi untuk lebih tidak bergantung pada hal-hal duniawi.

Kuliah, ya tak hanya sekadar datang, tapi semakin menambah ilmu sebanyak-banyaknya, membuka mata ini akan begitu besarnya misteri semesta.
Tugas, ya tak hanya sekadar selesai, tapi aku mengerti segala yang bisa dieksplorasi lewat tugas itu.
Lomba atau seleksi, ya bukan mengejar pialanya, tapi memberikan segala yang terbaik dariku untuk bermanfaat bagi sekitar
Mengikuti pelatihan terbukan, ya bukan mengejar sertifikatnya, tapi melatih diri untuk memiliki kemampuan-kemampuan baru agar bisa semakin bermanfaat bagi sekitar.

Bagiku, hal duniawi cukup seperlunya saja untuk membantu aku meraih apa yang ingin dan akan aku capai sesungguhnya. Ya, yang ingin aku capai sesungguhnya :)


Setidaknya aku menemukan jawaban untuk dua pertanyaan di atas tadi. Sesederhana supaya aku sadar untuk memberi makna pada diriku dan hidupku. Bahwa diriku tak sekadar sosok bernama, bahwa hidupku tak sekadar lewat selintas lalu kembali menjadi debu tanpa punya cerita :)


Terima kasih sudah membaca tulisan ini.

Semangat selalu dan jangan lupa bersyukur ^v^
Semoga Yang Mahakuasa selalu memberkati


Salam dari yang ingin hidupnya tak sekadar lewat lalu begitu saja,
Maria Paschalia Judith Justiari

Sabtu, 14 Maret 2015

Sekelebat Memori tentang Pemilu

Maret! Maret selalu menjadi bulan favorit saya selama ini. Entah kenapa peristiwa-peristiwa di bulan Maret selalu membawa saya pada suatu refleksi yang terus terngiang-ngiang dalam relung benak saya.

Maret tahun ini pun telah memulai aksinya dalam menambah peristiwa-peristiwa semacam itu. Tanggal 13 Maret 2015, saya tengah duduk di Sekretariat KMK ITB – medan magnet terbesar bagi saya selama saya di ITB. Mata saya tertuju pada kertas berwarna cokelat tertempel di kaca.

‘Pendaftaran ketua KMK tinggal 4 hari lagi…’

Saya tersenyum. Sebentar lagi periode Badan Pengurus KMK ITB 2014/2015 berakhir. Tanpa sengaja saya mengingat masa Pemilu Ketua KMK ITB tahun lalu. Bagi saya, masa itu membuat saya merasa dicintai dan dipercaya lalu cinta dan kepercayaan tersebut menjadi bensin bagi saya untuk berjuang.

Di masa Pemilu yang saya lalui tahun lalu ada hal yang membuat saya merasa pusing tujuh keliling. Bukan perihal visi-misi, bukan perihal kampanye, bukan perihal program kerja, bukan perihal organigram.

MOTIVASI.

Inilah yang membuat saya pusing karena tak kunjung saya temukan pada masa itu. Apa motivasi saya mencalonkan diri menjadi ketua KMK ITB? Apa yang mendasari keinginan saya?

Saya akan menceritakan secara jujur dan terbuka mengenai masa-masa pengumpulan berkas calon ketua KMK ITB. Berkas pendaftaran calon ketua KMK ITB bukan saya yang mengambil. Saya mengisi berkas pendafataran milik sobat saya yang kini menjadi salah satu Kepala Bidang. Dari lima promotor, ada yang asalnya mau mencalonkan diri menjadi ketua KMK ITB namun akhirnya malah menawarkan diri untuk menjadi promotor saya. Lembar dukungan pun saya banyak sekali dibantu masa KMK ITB. Beberapa dari masa KMK ITB membawa dan menemani saya ke sana kemari untuk memenuhi lembar dukungan walaupun mereka bukan promotor maupun tim sukses saya. Mengumpulkan keseluruhan berkas pun pada pukul 17.58 padahal tenggat waktunya pukul 18.00. Bahkan, saya baru menyadari ternyata saya mencalonkan diri menjadi ketua KMK ITB ketika pengumuman calon ketua yang lolos verifikasi berkas.

Setidak tahu itu saya pada motivasi saya mencalonkan diri menjadi ketua KMK ITB. Akibatnya, saya terus-menerus mencari motivasi saya sampai menghabiskan waktu setengah masa kampanye.

Bagi saya, motivasi ini sungguh menjadi penting ketika saya melayani KMK ITB sebagai ketua. Saya yakin, mungkin ada waktu saya akan jatuh ketika melayani KMK ITB ini. Ketika saat tersebut datang pada saya, saya tidak mau melarikan diri dari tanggung jawab. Saya sadar saya hanya cukup bergantung pada Yang Mahakuasa dan diri saya sendiri untuk bangkit dan melanjutkan perjuangan pelayanan saya. Bagi saya, cara paling mudah untuk membangkitkan diri saya sendiri adalah menggaungkan motivasi saya menjadi ketua KMK ITB.

Akhirnya pada satu titik di tengah masa kampanye, saya berhenti bertanya-tanya apa yang menjadi motivasi saya. Ya, saya berhenti mencari motivasi saya. Di titik itu pula saya memutuskan untuk membuka diri selebar-lebarnya kepada kepemimpinan Yang Mahakuasa dalam melakukan segala hal yang terbaik untuk KMK ITB.

Bulan demi bulan berlalu. Di tengah saya menjadi ketua KMK ITB, saya benar-benar mengalami masa jatuh. Tak disangka-sangka, justru di saat itulah akhirnya saya menyadari motivasi saya. Ternyata ini semua karena saya begitu menyayangi KMK ITB dan karena saya begitu mensyukuri cinta Yang Mahakuasa pada saya.

Begitu saya menyadari motivasi ini, saya langsung mengabadikannya. Sampai detik ini pun, motivasi tersebut terus menyala dalam keseluruhan diri saya. Motivasi inilah yang membuat saya selalu berjuang lebih dan lebih.



Agar setiap bangun pagi dan sebelum tidur, saya menyegarkan setiap bagian diri saya untuk berintegrasi dan berjuang mewujudkan visi, misi, dan janji dalam suatu motivasi teguh.



Visi saya selalu terpatri dalam diri saya.
Kalau tak sengaja bertemu saya, tanyakan saja apa visi yang saya bawa untuk KMK ITB. Dengan senang hati, saya akan menjawab dengan yakin, "KMK ITB sebagai paguyuban yang saling terbuka untuk bergerak bersama." 



Janji yang saya ucapkan di dalam Misa Kudus. Janji yang saya buat dengan Yang Mahakuasa dan KMK ITB.
Tak lupa, motivasi yang mendasari saya berjuang lebih dan lebih dalam melayani KMK ITB.
Semoga motivasi ini pun membuat saya menepati janji ini.


Kini, masa Pemilu KMK ITB untuk ketua periode 2015/2016 tengah berlangsung. Saya memutuskan untuk membuka diri lebih lebar lagi di masa Pemilu ini, terutama bagi mereka yang membuka dirinya untuk menjadi panitia pelaksana, calon ketua, promotor, tim sukses, Badan Pengurus, dan masa KMK yang mengkritisi, memberi saran, masukan, bahkan sekadar curhat perihal KMK ITB. Dari keterbukaan saya selama di masa Pemilu yang berlangsung ini, saya tersentuh dengan ketulusan mereka untuk berjuang lebih bagi KMK ITB. Meskipun ketulusan itu tidak mereka sadari. Entah kenapa saya merasa suatu kondisi penuh cinta dalam KMK ITB ini (intermezzo: penuh cinta adalah tagline yang saya gaungkan ketika saya menjadi Kepala Departemen Doa dan Liturgi periode 2013/2014).

Sikap saya untuk membuka diri lebih lebar lagi dalam masa Pemilu ini karena saya ingin ketua KMK ITB berikutnya lebih baik dari saya, kalau perlu jauh lebih baik dari saya. Harapan saya sederhana, KMK ITB semakin maju dan berkembang lebih baik lagi. Semuanya ini karena motivasi saya - karena saya begitu meyayangi KMK ITB.

Bagi saya pribadi, setiap orang terlahir sebagai pemimpin yakni pemimpin bagi dirinya sendiri. Kita hanya perlu membuka diri dalam memimpin diri sendiri untuk memimpin orang lain.

Jujur saja, menjadi ketua KMK ITB adalah salah satu momen yang paling membahagiakan bagi saya. Semoga kita tidak lagi takut dalam memimpin karena memimpin adalah tentang cinta, bukan ketakutan. Jadilah pemimpin dan syukurilah cinta dari Yang Mahakuasa dan semesta.

“Awal keterbukaan dimulai ketika mata bertaut. Saat mata bertaut, bibir dan tulisan bergerak berkata-kata hingga dua pikiran atau lebih saling bertemu dan berkolaborasi. Setelah ada kolaborasi pikiran satu sama lain, ada rasa ingin sering saling bertemu. Di saat itulah ada keterikatan yang mengakar hingga ada kenyamanan antar satu sama lain.” – Maria Paschalia Judith Justiari
#eyes2eyes #mind2mind #heart2heart


Semangat selalu yaps gaess!!
Jangan lupa bersyukur yaa everibadeh ^v^



Salam,
Maria Paschalia Judith Justiari
12812006
Anggota biasa KMK ITB
Anggota biasa HMME “Atmosphaira” ITB

Anggota biasa KPA ITB

Sabtu, 23 November 2013

Kamu Hanya Perlu Mengingat

Kepada Judith,
Judith, kamu hanya perlu mengingat.
Mengingat apa yang telah Dia katakan padamu lalu percaya pada-Nya.
Berpegang erat pada kata-kata-Nya lalu percaya pada-Nya.

Nyawa-Nya yang tergantung pilu di kayu salib sudah menjadi bukti tak ternilai bahwa Dia mencintaimu sepenuh hati dan diri-Nya, Dith.
Lihat Dith, Dia membuktikan cinta-Nya, tak hanya menjanjikannya.
Dan kamu pasti tahu, Dith, cinta itu adalah hubungan saling serta pasti berbalas.
Balasan darimu cukup percaya pada-Nya, Dith.

Kamu hanya perlu mengingat kata-kata-Nya.
Kamu hanya perlu mengingat bagaimana Dia membuktikan tulus cinta-Nya.
Kamu hanya perlu mengingat Dia tak akan pernah berniat menyakitimu.
Kamu hanya perlu mengingat Dia mencintaimu.
Kamu hanya perlu mengingat untuk percaya pada-Nya.
Lalu kamu dapat hidup dalam damai............ :)



Tuhan memberkati.

Salam dari yang hanya perlu mengingat,
Maria Paschalia Judith Justiari

Senin, 18 November 2013

Saat Dia Bilang

Saat Dia Bilang

Saat Dia bilang tidak
Tidak, itu bukan tidak
Dia tahu jauh lebih banyak
Dia tidak sembarang mengayak

Saat Dia bilang belum
Belum, itu entah belum
Dia dan waktu saling mengagum
Dia mencinta makna momentum

Saat Dia bilang iya
Iya, itu jelas iya
Dia paham benar naskah drama
Dia dan ihwal t'lah kenal lama

19 November 2013 - 08.47
- Maria Paschalia Judith Justiari -

Pengkhotbah 3 : 11
"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."


Semangat, Judith!
Seperti yang selalu kamu katakan pada teman-temanmu untuk menyemangati mereka, Dith:
"Semua indah pada waktunya broh, kalo ga indah yaa berarti bukan waktunya!" :')

Semangat dan selamat pagi, Judith!
Selamat pagi juga Tuhan serta seluruh ciptaan-Nya!

Tuhan memberkati.

Salam,
Maria Paschalia Judith Justiari

Sabtu, 09 Maret 2013

Divisi Spirit KMK ITB Penuh Cinta ♥

Divisi Spirit KMK ITB Penuh Cinta!!

Ini wadah gue untuk berkarya, orang-orang terdekat gue, sumber semangat gue, bagian hidup gue yang membuat gue berpikir rugi-banget-kalo-ga-ngabisin-waktu-bareng-mereka.

Kenapa namanya penuh cinta?
Itu judul tema yang gue berikan. Alasannya ga penting (banget) sih sebenernya.
Intinya divisi spirit memang penuh cinta :3

Sekedar info tentang Divisi Spirit KMK ITB 2012, divisi ini memiliki dua subdivisi yakni Koor dan Liturgi. Masing-masing ada penanggungjawabnya (PJ).

Siapa aja sih yang bikin gue pewe banget ama divisi spirit ini??
Ini dia para brosis spirit penuh cinta:




Sebastianus Reynaldi.
Gue sih manggilnya Papi Rey. Dia ketua divisi spirit makanya jadi papi spirit. Kadang suka ngocol tapi baik kok orangnya hahahaha



Ivan Pranta
Papi Ivan. Dia PJ-nya subdivisi Liturgi. Tadinya religius 100% terus sisi religiusnya terinvasi ama yg hot-mesum-panas. Mau tau kenapa? Sabar yak baca posting ini :p



Devianti Jakub.
Mami Devi. Kak Devi ini yang jadi PJ-nya subdivisi Koor. Kata brosis koor sih kak Devi ini mirip Garfield. Walopun kayaknya orangnya jutek, ternyata kak Devi ini unyu-unyu gimana gituuu :3



Nicholas Rio
Kak Rio ini merupakan contoh makhluk yang limit manusia mendekati Tuhan dari kiri. Udah perfect pitch (bayangin aja tjui, nada meleset 0,8 Hz aja kedengeran di kupingnya), otak kirinya juga ga perlu diragukan (baca: jenius), motoriknya juga ternyata patut diperhitungkan, main piano dan suara tenornya bener-bener top lah. Cuma 1 kekurangannya yang bikin dia minus. MESUM



Michael Setiawan
Ko Chiki. Bentar lagi lulus. Sekarang lagi sibuk nge-lab. Dia koko yang paling tega tapi suka kasih motivasi buat para brosis spirit tingkat 1. Dan ternyata dia bisa bawain renungan dengan gayanya yang khas dan renungan pun menjadi seru :D



Maria Laurentia Priyanka
Ci Anka. Cantik imut gitu kayak boneka. Keliatannya sih childish cimit-cimit gimana gitu. Tapi penampilannya menipu bung. Ci Anka ini jago wushu loohh. Btw dia ceweknya ko Chiki. Berbahagialah Ko Chiki yang punya cewek kayak Ci Anka. Ci Anka perlu bahagia ga ya...? *kabur




Klara Petra Theodora Targanski
Kak Klara! Ga ada yang nyangka kalo kakak yang satu ini adalah mahasiswi FTMD. Pembawaannya childish dan demen baca komik. Kak Klara ini paling tau spot-spot enak buat makan makanan enak murah dan kenyang :D



Nikodemus Adriel Limanthie
Ko Adriel. Hmmmm katanya sih tampangnya informatika banget.. Suaranya bisa bass bisa tenor



Rudolf Jason
Ko Ru. Dia nih salah satu bro KMK yang (tadinya) sangat peduli sama Chelsea.



Magdalena Silvy Veronica
Ci Silvy. Ini kakak koor yang unyu-unyu juga. Enak kalo diajak ngobrol.



Angela Metta Suryadana
Kak Metta. Pertama gue ngiranya dia anak 2011. Ternyata dia 2009. Segitu mudanya wajah dia. #okesip


Agustian Surya
Kak Agus. Dia ngasprak kimia. Terus dia bersuara tenor.



Stephani Fitria Winda Satriyo
Kak Hani ini aktif banget loh pada jamannya dia menjadi PJ subdiv Koor. Gue pertama kali ketemu dia pas latihan koor pertama gue di KMK ITB.. Suaranya alto. Sering-sering main yaaa kak.. Keaktifan kakak pas BP 2010/2011 bener-bener menginspirasi :D



Marcel Satria
Kak Marcel ini bassnya badai abis.



Prahayuni Dwi Anggraheni
Mbak Yuni. Kakak ini bener-bener Putri Solo ideal lah pokoknya. Perawakannya kalem-kalem manis jawa gimana gitu.. Kak Yuni ini lagi aktif-aktifnya di Gema. Salut lah pokoknya :D



Adie Tri Hanindriyo
Kak Adie ini aktif di PSM ITB (Paduan Suara Mahasiswa ITB) juga loohh.. Dia megang suara tenor



Frasiskus Rico
Papi Rico! Ini papi basis gue yang suaranya memiliki rentang dari bass sampai tenor. Dia papi basis yang baik lah pokoknya



Dennis Citralokam
Kak Dennis juga aktif di PSM ITB. Jujur, tadinya gue suka nge-bully dia. Terus gara-gara gue diasistenin pas praktikum fisika, gue jadi baik-baik ke dia. Sedih...hiks.. Btw dia juga berwajah datar tapi kata-katanya menusuk loh.. Tapi baik dan berwajah boyband hahahaha



Yustinus Marcellino
Marcel berhasil membuat trio dan duet dalam divisi spirit. Ada duet bass badai Marcel (bersama kak Marcel) dan trio MESUM (sama kak rio dan satunya lagi ada aja). Oh ya Marcel juga punya kemampuan buat ngelatih koor loohh



Jonathan Sudibya
Sudib itu bersuara belang, bisa bass bisa tenor. Dia tuh bantal pribadinya Sonya #eaaaa. Kadang gua manggil dia Papa Bantal. Orangnya juga baik dan memiliki cita rasa sendiri terhadap makanan. Selera makanannya dia udah pasti enak lah



Elisa Melinda
Elisa itu cewek baik yang berekspresi datar. Tapi tetep aja, gaada Elisa juga ga rame :p



Karina Putri
Arin adalah mahasiswi FSRD yang bener-bener ga ketolongan baiknya. Selain itu dia juga kalem.



Jeanice
Biarpun suara altonya kayak bapak-bapak, tapi Jeanice ini cewek tersopan looh.. Tutur kata dan tingkah lakunya haluuusss banget. Kayaknya dia pernah sekolah kepribadian deh #soktahubeudlahdith



Audrey Katherine
Audrey ini udah cantik, punya bakat buat buka salon lagi.. Udah gitu dia anaknya modis dan kalem gitu..



Clarissa Maretha
Icha ini suaranya nyampe C7 looohhh.. Kece semilir gitu suara soprannya, suaranya bener-bener tinggi dan halus.



Abdi Pistari Manulang
Abdi ini bersuara bass dan dia ini temen sekamarnya Benny. Dia juga temen FITB gue



Elisabeth Novi
Novi ini anak yang polos tapi kocak gitu.. Suaranya serak-serak basah dan altonya dapet banget lah



Leonardus Andrew
Leo ini keliatannya bocah banget tapi pandangan dan pemikirannya cukup dewasa. Btw, dia tergabung di grup Mukjizat Itu Nyata bareng gua hahahaha



Genoveva Innocentia S. Sonya Lamanepa
Sonya ini mama obatkuuu.. Kalo gue sakit, dia yang paling perhatian. Dia yang ngingetin aku minum obat. Dia yang ngingetin aku makan. Dia yang selalu mau nemenin aku biarpun tempat yang dituju absurd banget. Pokoknya susah banget nyari temen seperhatian Sonya deh. Dan gue bersyukur bisa kenal Sonya di hidup gue :'D



Benedictus Gutjahr
Benny ini sobat curhat banget lah. Dia tuh pendengar yang bener-bener baik. Kalo ada hal sepele yang orang lain mikir dith-itu-ga-penting, Benny masih mau mendengarkan gue dengan penuh kesabaran (tingkat akhir). Susah banget nyari temen yang mau mendengarkan dengan baik kayak Benny :'D



Theodorus Felix
Felix ini temen seperjuangan spirit. IP-nya nyaris 4 loh.. *peace :p Felix jago banget kimianya. Dia bener-bener mau bantuin gue buat berhasil jadi mahasiswi Teknik Geologi ITB angkatan 2012. Terus kalo ada masalah gue yang kompleks, gue cerita ke Felix. Untuk seorang teman yang baik, Felix bener-bener terbuka sama gue. Kalo gue berbuat salah ke dia atau dia berlaku yang ga enak ke gue, kita sama-sama ngomong buat nyelesaiinya. Bener-bener ga ada yang ditutupin. Susah banget loh nyari temen yang jujur apa adanya kayak Felix :'D



Kristofora Alvin Fenia
Alvin adalah cewek tangguh yang pernah gue kenal. Dia teman yang paling bertanggung jawab walaupun agak sedikit melalaikan kewajibannya. Alvin itu seorang fighter lah. Gue paling sering ngabisin waktu sama Alvin. Dia temen sharing sekaligus temen belajar yang paling baik. Dari segala masalah gue, yang paling tahu yaa Alvin.. Dan gue juga belajar memahami lika-liku hidup Alvin. Gue dan Alvin pernah saling cerita tentang kehidupan lajang masing-masing cuma kita mengambil keputusan buat belajar. Intinya, Alvin itu teman cerita yang menyenangkan dan dia berhasil membuat gue merasa dibutuhkan. Susah banget loh nyari temen seperjuangan dan mau ngerti kayak Alvin.. Gue bener-bener bersyukur bisa kenal sama lo, Vin :'D



Angela Dina
Dina HOT MESUM TAPI CANTIK! Inilah variabel yang menginvasi sisi religiusnya Papi Ivan tapi mereka saling melengkapi kok. Inilah anggota TRIO MESUM yang tadi disebutkan. Dina tuh cewek hot, cantik, tapi dewasa. Dia orangnya bener-bener bisa ngebuka tabir hidup gue (lebay banget lah dith). Gue bisa lepas dan ngerasa lega kalo udah cerita sama Dina urusan perkuliahan. Dina juga mampu loh ngertiin gue. Motivasi dari Dina tuh yang membuat gue tetap berani berjuang buat ngeraih cita-cita gue. Dan Dina juga membuat gue merasa dipercaya. Susah banget loh nyari temen sedewasa (dan "dewasa") kayak Dina. Gue bener-bener bersyukur bisa kenal sama lo, Din :'D


Ini beberapa foto bareng Spirit KMK ITB
Btw yang foto bareng liturgi menyusul yaa, lagi dicari niih, okee okee? :D







Naaahh mereka-mereka lah yang bener-bener membuat hari-hari gue di ITB jadi seru tapi tetep di jalur pelayanan. Latihan koor dan acara liturgi KMK ITB bener-bener jadi momen yang gue tunggu-tunggu. Biar apa, Dith? Biar bisa ngumpul sama saudara-saudari Spirit KMK ITB Penuh Cinta ini.
Kalo kata tisu J.Co sih "Nothing is sweeter than the togetherness we share"

Kamu bahagia, Dith, jadi bagian dari mereka?
Ya, aku bahagia. Sangat bahagia.
Andaikata aku bisa membeli waktu dan momen untuk bisa bersama kalian, pasti akan kulakukan semampuku.

:''D

Tuhan memberkati.

Salam dari salah satu makhluk di Divisi Spirit Penuh Cinta KMK ITB,
Maria Paschalia Judith Justiari