Minggu, 20 Februari 2011

All of You Know Me So Well

Sonntag, 20. Feburar 2011

Heute fahre ich nach Cibubur Junction mit Adel, Ghea, Livia, Georgi, und Dela. Wir haben eine unvergesslich Zeit. Wenn sind wir im Cibubur Junction, verwechseln wir mit unser Plan. Wir haben keinen Plan!
*gue cuma ngeh Deutsch sampe sini. Seenggaknya udah usaha ^.^v

Yak, hari ini gue berenam ke Junction tanpa tujuan (yang benar-benar) jelas. Ghea sama Dela sih lumayan jelas tujuannya mau nyari kado. Lah sisanya? Berserah pada Tuhan aja dah #janganditiru #adeganberbahaya #berbahayanggayaaa

Well, we decided to check some international films that are issued haven't been in Indonesia cinemas anymore. It's better than stuck in a floor with no purpose hehe
Sesampainya di 21 Cibubur, kami malah terkurung. Film-filmnya nggak menarik (mungkin ini menarik bagi Anda: Pocong Ngesot, ketika pocong tak lagi lompat). Lagipula dari awal emang nggak ada hasrat buat nonton. Begitu mau keluar, pintu 21-nya ditutup. Nice! Keputusan berikutnya adalah bernyanyi bersama mereka yang sedang beribadah di salah satu studio 21. Kebetulan banget lagunya "Bersyukurlah" jadi bisa nyanyi bareng dah.

Begitu pintu 21 kebuka, kami langsung keluar dan menuju Inul Vizta. Saatnya karaoke braay! Dengan suara pas-pasan, fals, dan improvisasi berlebihan (udah gitu salah), gue mencoba ikut menyumbang suara alhasil malah bikin sumbang beneran.
Setelah urusan berkaraoke ria di ruangan small selesai, kami ke berbagai macam tempat. Inilah daftar tempat yang kami kunjungi:  Warna, Sport Warehouse, Toko Buku Karisma, Food Court, Toko Jam, Toko Lollipop, Naughty, Mobile Center, dan terakhir.............J.Co

Kalau kalian penasaran seperti apa rupa kami, silahkan lihat foto-foto berikut ini. Ada yang berkenan di hati Anda? Saya dengan senang hati mengenalkannya pada Anda hahaha




Inilah suara kamii!! (dan saya beralay-ria sendiri -,-)


Livia, Ghea, dan saya


Judith, Adel, Georgi, Ghea, Dela, Livia


Dela, Adel, Georgi


Ghea und Livia
(*dear you, you know me so well. Big thanks for two of you! Hugs and kisses :*



- Antonia Ghea Hapsari , Clarissa Livia Kartika , Frederica Georgina Astri ,
Magdalena Rizky Delima , Maria Paschalia Judith Justiari , Sesilia Dela Puspita - 


Vielen Dank, braaaay!!

God bless!

Warmest regards,
Maria Paschalia Judith Justiari 

Rabu, 16 Februari 2011

Langit Pagi Itu

Seinget gue, langit itu muncul pada tanggal 7 Februari 2011. Seinget gue (juga), gue lagi bolos pelajaran agama bareng Jalu, Sekar, Gio, Eka, Jojo, Gohan, bonus Rexy (dia nggak bolos, anak baik-baik soalnya).
*tolongjanganditiruyaakawanininggakbaik


Lanjut. Angin semilir bikin gue keasyikan tidur di kaki Sekar sambil ngobrol bareng Jalu di depan kediaman Bily Scive. Tiba-tiba gue refleks ngeliat langit dan nunjuk-nunjuk gitu ke langit.





"Namanya Aozora," kata Sekar

"Berasa Mount Everest," kata Gohan

Gue suka ngeliat langit kayak gini. Ini favorit gue! - Gue

- Pemandangan di atas dipotret oleh Judith dengan kamera ponsel Sony Ericsson P1i -

Mungkin kita perlu menyadari hal-hal kecil di sekitar kita yang akan menenangkan pikiran dan hati kita. Ini hanya sebuah langit yang tak sengaja terlihat. Gue jamin, langit seperti ini bisa saja hadir setiap waktu asal kita mau menyadarinya.

Tuhan memberkati.

Salam hangat,
Maria Paschalia Judith Justiari

Untungnya Gombal Nggak Dosa

Ehm, tulisan kali ini akan didominasi oleh bumbu kata-kata gombal yang saya jamin membuat pembaca ingin mengklik gambar silang di pojok kanan atas jendela ini. Besar harapan saya para pembaca membaca ini dengan ketulusan dan kesabaran penuh sebelum mengklik gambar menyakitkan itu (walaupun harus menahan tawa atau menahan rasa mual atau menahan cemoohan).
Langsung saja.
Pasalnya, saya memang tidak pandai berceloteh tentang cerita cinta (emang lo punya dith?!). Yaa tapi kan seenggaknya saya akan berusaha mengimajinasikan cerita cinta yang sangat ingin saya alami (ngayal ga dosa bray!). Sekedar info, imajinasi egois ini ditemukan di kamar mandi.

Saya menginginkan laki-laki dalam sosok pria yang jauh berbeda dengan cowok. Pria itu dewasa dan cowok itu kekanak-kanakan.
Kami akan menghabiskan waktu dengan membicarakan hal-hal yang sangat penting sampai yang paling nggak penting. Kami menikmatinya. Obrolan kami lancar, layaknya aliran sungai menuju laut lepas.
Kami akan saling berbicara tentang diri kami, kesukaan kami, dan ketidak-sukaan kami. Kami berbagi segala macam cerita, memberi saran satu sama lain, dan melakukan saran itu walaupun sarannya sama sekali tak berguna. Satu kata yang mewakili: terbuka.
Dia akan tersenyum jika saya tersenyum, dan menyalakan semangat jika saya menangis.
Dia mengenali wajah saya, bahkan ketika saya mengenakan topeng atau bergonta-ganti topeng. Di depannya, seluruh topeng yang saya miliki akan hancur seketika.
Dia tidak akan membuat saya iri dengan hubungan pasangan lain dan dia akan membuat saya tidak mendengarkan komentar sanjungan untuk pasangan lain karena dia meyakinkan saya bahwa saya memiliki yang lebih istimewa daripada mereka.
Dia akan mencoba memahami keseharian saya, teman-teman saya, dan tentunya sahabat-sahabat saya. Begitupun sebaliknya, saya akan berusaha mengerti dunianya.
Kami akan saling membuat satu sama lain merasa nyaman. Oleh kenyamanan itu, dia akan senang bercerita tentang saya pada lingkungannya. Begitu juga dengan saya.
Kami akan saling menerima apa adanya. Perbedaan di antara kami seolah melebur menjadi satu.
Setiap pagi namanya menjadi yang pertama mengisi kotak masuk di ponsel saya dan tiap malam namanya menjadi yang terakhir di sana. Dia tidak akan tidur sebelum memastikan saya tidur dengan lelap atau setidaknya saya baik-baik saja.
Mungkin sewaktu-waktu, dia akan menyanyi untuk saya sebuah lirik yang begitu dalam dan mewakili isi hatinya.
Dia tidak akan membantu saya ketika saya bilang, "Tolong". Sebelum saya mengatakan tolong, dia sudah membantu saya.
Dia akan mengingatkan saya, melarang saya melakukan hal yang salah, dan mendukung saya melakukan hal yang baik.
Dia akan jarang mengumbar janji, dia akan langsung membuktikan.
Tatapannya akan membuat saya selalu yakin bahwa dia benar-benar ada untuk saya.
Kami akan pergi ke gereja berdua sebulan sekali, menikmati kebersamaan dengan Tuhan berdua.
Dia akan membuat saya tak perlu lagi mencari dan menjaganya dengan segenap apa yang saya miliki.
Dia akan melakukan semua yang saya ketik di atas tanpa saya tuntut. Semuanya dia lakukan tanpa saya minta terlebih dahulu. Adalah nalurinya untuk melakukan apa yang saya ketik di atas.

Bagaimana imajinasi saya? Sangat egois bukan? Tapi sesekali saya ingin berkhayal untuk diri sendiri, untuk kesenangan diri sendiri, tanpa memikirkan orang lain. Sekali saja saya ingin bersikap egois.

Apabila ganjaran untuk mendapat sosok yang saya tulis di atas adalah menunggu dengan penuh kesabaran, akan saya lakukan dengan sukacita. Saya akan menunggu tanpa ragu jika itu adalah ganjarannya. Namun apabila bayaran untuk mendapat sosok itu adalah kehilangan jati diri, saya akan berpikir dua kali dan menegoisasi apa yang telah saya ketik.

Sekian. (*silahkanmengklikgambarsilangdipojokkananatas

Salam hangat,
Maria Paschalia Judith Justiari