Selasa, 25 Oktober 2016

Bekal untuk Bapak



Hai hai
Kali ini aku mau berbagi cerita tentang aku yang berusaha menjaga kesehatan bapakku
Semoga bisa berfaedah yak hahaha


Semua bermula dari awal bulan Agustus 2016 :)

Lebih dari seminggu bapakku di rumah sendirian. Pasalnya, ibuku sedang menemani adikku yang tengah menjalani proses orientasi studi kampusnya di Bali. Sedangkan aku di Bandung lagi sibuk-sibuknya mengurus persiapan orientasi studi kampusku. Akibatnya tinggallah bapak sendiri di Depok. Rumah sepi - jelas karena hanya bapak yang mendiaminya.

Mbak, kalau ada waktu, tolong pulang ya. Temani bapak
Pesan Whatsapp dari bapak itu membuatku tertegun. Benar juga.
Siapa yang memasak dan menyiapkan bekal untuknya tiap pagi?
Siapa yang menemaninya berbincang di malam hari atau bahkan doa bersama?

mencegah/men·ce·gah/ v 1 menahan agar sesuatu tidak terjadi; menegahkan; tidak menurutkan (KBBI)

Ya, aku paling mengkhawatirkan pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi bapak. Bapak memiliki turunan penyakit diabetes. Di umur setengah abad lebih, bapak semakin wajib mengontrol gula darahnya. Biasanya ibu menjaga gula darah bapak dengan memilah dan memilih makanan yang disantap bapak. Oleh karena itu, tiap pagi ibu menyiapkan bekal untuk bapak.

Sayangnya sudah beberapa hari ibu di Bali bersama adikku. Aku membayangkan kalau bapak belum tentu bisa memilah dan memilih yang dimakannya. Ditambah lagi kesibukan bapak di kantor. Jangankan memilih makanan, dapat mengingat waktu makan saja sudah cukup. Karena aku ingin Bapak menjaga kesehatan, aku langsung pulang ke Depok.



Di perjalanan menuju Depok, aku merancang bermacam-macam menu untuk bekal bapak. Sebagai orang yang berisiko menderita diabetes, bapak dianjurkan mengonsumsi sayur dan buah lebih banyak. Tidak hanya itu, bapak perlu mengonsumsi jenis makanan sumber karbohidrat yang rendah kalori. Biasanya ibu membuatkan bapak bekal nasi merah dengan sayur-sayuran. Yap, dengan cekatan otakku telah menata menu bekal untuk bapak.

Hari pertama, 3 Agustus 2016

Nasi Merah dan Oseng Toge Sawi Putih


Hari kedua, 4 Agustus 2016


Untuk sarapan, aku memasakkan nasi merah dengan sayur oseng sawi putih
Menu makan siangnya kentang (rendah kalori) kukus, wortel kukus, dan ikan tenggiri kukus
Sedangkan kudapannya ialah buah pepaya


Hari ketiga, 5 Agustus 2016

Roti gandum isi ikan dori dengan saus yoghurt


*********************************************************************************
lawan /la·wan /5 v menentang; menghadapi; berbanding (KBBI)
Keluargaku memutuskan untuk melawan diabetes dengan memilah dan memilih jenis makanan yang disantap. Apabila diperinci, bekal-bekal yang aku masak di atas mengandung nutrisi yang dianjurkan bagi orang yang berisiko diabetes. Misalnya mengganti nasi putih dengan nasi merah, kentang rendah kalori, atau roti gandum. Untuk sumber proteinnya, aku memilih ikan. Lalu ditambah lagi, aku cenderung memasak sayur-mayur untuk bekal bapak.

Oh ya tambahan sedikit hehehe.. Ini foto bapak dan aku :3

*********************************************************************************

Begitulah kira-kira ceritaku untuk menjaga kesehatan bapak yang berisiko menderita diabetes. Aku pun masih berusaha mencegah dan melawan risiko penyakit diabetes dalam keluargaku. Semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman yang membaca. Terlebih, semoga kita semua menyadari betapa pentingnya mencegah maupun mengatasi diabetes sejak dini.
Yuk semangat dalam menjaga kesehatan, terutama kesehatan orang-orang tercinta :)

Kalau mau resepnya, langsung kontak aku saja yaa teman-teman.


Terima kasih telah membaca tulisan ini.
Semangat selalu dan jangan lupa bersyukur.
Semoga Yang Di Atas senantiasa menyertai kita


Salam dari yang berusaha mencegah bapaknya dari diabetes,
Maria Paschalia Judith Justiari


*****
sumber gambar:
1. Untuk bekal merupakan dokumentasi pribadi
2. Selain bekal, sumbernya sila klik di sini

Sabtu, 08 Oktober 2016

Pemantik Teknologi yang Dirindukan

Kita Indonesia?
Boleh boleh

Tapi.
Adakah kita pada teknologi informasi Indonesia?
Adakah kita pada teknologi komunikasi Indonesia?
Hm

Tulisan saya kali ini bercerita tentang sejentik harapan saya. Kiranya agar jentik harapan ini mampu mengangkat kata 'kita' pada teknologi informasi dan komunikasi Indonesia.

Hm
Hanya dua huruf itu yang dapat saya sampaikan. Menurut pandangan saya, masih ada daerah yang belum merasakan manfaat teknologi informasi dan komunikasi. Sebanyak 122 kabupaten disebut sebagai daerah tertinggal. Salah satu indikator daerah tertinggal tersebut ialah perekonomian masyarakat, sarana dan prasarana daerah, serta sumber daya manusia (SDM).

Tidak cukup rasanya jika membentuk kualitas SDM di suatu daerah bergantung pada internal daerah itu sendiri. Perlu adanya SDM yang menjadi pemantik dari luar daerah tersebut. Dalam hemat saya, perlu adanya program yang mempersiapkan SDM pemantik ini. Seyogyanya, SDM pemantik ini mampu berempati hingga dapat merumuskan teknologi tepat guna bagi daerah tertinggal sasarannya. Belum selesai sampai di situ. Selanjutnya, SDM pemantik ini pun perlu mendampingi SDM daerah tertinggal untuk membiasakan diri dalam memahami, menggunakan, dan merawat teknologi yang telah diwujudkan.

Boleh saja SDM pemantik ini menerapkan kata teknologi informasi dan komunikasi secara sederhana namun penuh makna.
Sesederhana teknologi yang bermakna metode yang sistematis untuk suatu tujuan.
Sesederhana informasi yang bermakna penerangan.
Sesederhana komunikasi yang bermakna saling berbagi.

Ya, saya berharap SDM pemantik ini turut merasakan kegelisahan masyarakat daerah tertinggal hingga mampu berpikir sistematis dalam menciptakan suatu teknologi tepat guna.

Ya, saya berharap SDM pemantik ini mampu memberi penerangan akan teknologi pada masyarakat daerah tertinggal.

Ya, saya berharap SDM pemantik ini dengan tulus berbagi teknologi dan penerangan pada masyarakat daerah tertinggal dari mata ke mata hingga hati ke hati.

Mengapa teknologi yang akhirnya menjadi jawaban bagi daerah tertinggal?
Manfaat teknologi bagi daerah tertinggal dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat daerah tertinggal. Misalkan Desa Cinta Mekar di Subang yang salah satu roda ekonominya disokong oleh teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. Bukan hanya mendongkrak perekonomian, teknologi tersebut pun menjadi sarana dan prasarana aliran listrik di daerah tersebut.

Kaitannya dengan SDM?
Sesederhana karena yang mencipta, menggunakan, dan mengontrol teknologi adalah manusia itu sendiri.

Harapan saya?
Supaya SDM pemantik ini hadir di seluruh sudut-sudut Indonesia hingga akhirnya dapat dinyatakan dengan lantang bahwasanya kita Indonesia dalam teknologi informasi dan komunikasi.

Muluk-muluk?
Semoga tidak.




Terima kasih telah membaca tulisan ini.
Semangat selalu dan jangan lupa bersyukur


Salam dari yang mengharapkan pemantik,
Maria Paschalia Judith Justiari



*********************************************
Sumber: