Tampilkan postingan dengan label Filosofi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Filosofi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 September 2014

Filosofi Anak Kecil dalam Taman Bermain Berpagar Kawat Duri

Seorang anak kecil sudah selayaknya gemar bermain.
Kala dia telah melihat taman bermain di depan matanya, dia langsung berlari menuju taman bermain tersebut.
Tanpa peduli bahaya apa yang mengancamnya, anak kecil itu akan tetap berlari ke sana.

Di waktu ini, anak kecil itu bermain dengan riang bermain di taman bermain.
Semua tampak normal, semua tampak biasa saja.
Sampai di saat mata ini memandang lebih luas lagi.
Mata akan menangkap potret kawat duri yang menjadi pagar taman bermain itu.
Dan diingatkan lagi. Anak kecil itu bermain di dalam taman bermain berpagar kawat duri.

Namanya juga anak kecil.
Dia hanya menengok sekilas ke sekelilingnya.
Tak peduli kawat duri itu akan menggores kulitnya hingga berdarah, dia tetap bermain dengan riang di sana.
Anak kecil itu pun mencoba di permainan ini itu, berlari ke sana ke mari di dalam taman bermain.
Dia tak peduli kawat duri di sekitarnya mampu melukainya.
Dia tak peduli.

Sama seperti aku.
Aku telah membiarkan diriku seperti anak kecil itu.
Aku pikir, aku cukup hati-hati.
Tapi mungkin Yang Mahakuasa dan semesta memandangku seperti anak kecil itu.

*****

Terima kasih telah membaca tulisan ini.

Tuhan memberkati.


Salam dari yang tampak seperti anak kecil dalam taman bermain berpagar kawat duri,
Maria Paschalia Judith Justiari

Jumat, 27 Juni 2014

Filosofi Angin --- Kata Orang, Cinta Itu Kayak Angin #bukanpostinggalau

-Diketik tanggal 27 April 2014 -

Broh bray
Orang-orang banyak yang berkata dan berpendapat kalau cinta itu kayak angin.
Sebagai mahasiswi (yang berusaha keras mempelajari) meteorologi, nih dah gue kasih tau aja salah satu hal tentang angin.

Angin telah menjadi aspek penting di meteorologi. Bisa dibilang, sebagian besar pembahasan di ilmu meteorologi yang menyangkut angin.
Salah satunya ini bray:





Jadi di atas, gue punya data kecepatan angin zonal (notasi: U, satuan: m/s) dalam periode waktu tertentu (notasi: t, satuan: menit) di waktu tertentu (dimulai dari 14.58 dan acuan pengamatan pukul 15.00).
Nah, dari data itu, gue diminta mencari nilai kecepatan angin zonal rata-rata dan angin meridional rata-rata.

Hmmmm... Biar nggak bingung, gue jelasin sebisanya yaa apa itu angin zonal dan angin meridional. Angin zonal itu komponen angin yang bergerak sepanjang barat-timur atau sebaliknya, sedangkan angin meridional itu komponen angin yang bergerak sepanjang utara-selatan atau sebaliknya.
Angin zonal dan angin meridional itu punya hubungan satu sama lain.
Yak begitulah penjelasan yang gue tangkap dari dosen gue.

Oke. Cukup perkenalannya dengan angin zonal dan angin meridional ini. Balik lagi ke soal di atas.

Gue puyeng banget bray... Menurut teori, kecepatan rata-rata angin meridional itu nilainya ada di persamaan 3. Dan nilai percepatan itu ada di persamaan 1 dan persamaan 2.

Terus................................terus..... terus...........................
Kagak ada definisi jelas tentang t1 dan t2.
Trashbag pisan lah ini -_-
Di soalnya bilang interval. Nah, interval mana yang di maksud? Menit awal sama menit akhir? Atau antara menit-menit itu sendiri?
Menurut gua sih interval waktu t1 dan t2 yang dimaksud itu yaa menit awal dan menit akhir.
Logikanya gini bray. Kalau antar menit, berarti gue bakal punya percepatan ke-1,2,3 sampai ke-n. Akibatnya, gue akan punya nilai kecepatan rata-rata angin meridional ke-1,2,3, sampai ke-n.
Masa' ada rata-rata di nilai rata-rata???

Yak dan gue telusuri ke buku referensi kuliah Meteorologi Dinamik. Bisa dibaca judulnya 'An Introduction To Dynamic Meteorology'. Iya bray, buku setebal ini masih tahap 'AN INTRODUCTION' kok :3



Penjelasan hubungan antara angin zonal dan angin meridional yaa kayak gini................................:





Langsung gua tutup dah bukunya.

Lalu gua mikir lagi.
Mikir asumsi apa yang digunakan terhadap percepatan angin ini.
Gilak, bahkan gue sekarang mengasumsikan asumsi .-.

Intinya, kalau gue berhasil nemu algoritmanya, gue bisa bikin programnya dengan bahasa Fortran :3
Wuidih kece badai banget sih...

*lalu gue berpikir keras*
*diskusi sesama anak meteorologi*

TADAAAAAAAAA

Nah ternyata gue nemu algoritmanya daaaaannnn mulai kepikiran programnya kayak apa :''3
Lalu segalanya tampak lebih mudah :'''3
Ah bahagia~~~ :'''''''''''''3

Men, gue setuju banget sih kalo cinta itu kayak angin.
Angin itu tampaknya begitu rumit di awal. Lalu ketika kita telah mengerti bagaimana alur memahami angin, semuanya menjadi lebih mudah, lebih sederhana. Kemudian akan membawa bahagia kepada kita.
Sama seperti cinta :)


*sumber gambar: dokumentasi pribadi*

Terima kasih telah membaca.
Tuhan memberkati.


Salam dari yang sedang memahami angin dan cinta secara paralel,
Maria Paschalia Judith Justiari

Rabu, 18 Desember 2013

Filosofi Wartawan dan Komentator Pertandingan Sepak Bola

Hai.
Dilihat dari tanggal kapan pertama kali filosofi ini tercetus dalam impuls, tampaknya lama sekali gue nggak melanjutkan filosofi ini. Tanggal 8 April 2013. Wah, sudah 7 bulan lebih dan puji Tuhan, Tuhan mengizinkan idenya masih segar di memori ini.

Filosofi wartawan dan komentator pertandingan sepak bola.

Pertandingan sepakbola selalu menarik untuk ditonton. Apalagi kalau yang tanding tim kesayangan kita atau pertandingan antara tim yang selalu didewakan. Di tulisan ini, aku memicingkan mata bukan pada pemain bola, pelatih bola, penggemar sepak bola, atau pendukungnya.

Aku menengok lamat-lamat pada wartawan dan komentator pertandingan sepak bola.

Selama pertandingan berlangsung, komentator bola tak henti-hentinya bercuap-cuap. Ada pelanggaran, langsung komentar. Ada gol, langsung komentar. Ada yang nyaris gol, langsung komentar. Ada pergantian pemain, langsung komentar. Ada yang sempat bertengkar di lapangan, langsung komentar. Ada yang mengoper bola pun langsung dikomentari. Sepertinya, nyaris semua fenomena yang terjadi di lapangan bola langsung dikomentari komentator.
Iya, memang untuk itulah komentator dibayar. Untuk berkomentar selama pertandingan. Tanpa kita sadari, komentar dari komentator turut membangun suasana pertandingan. Emosi penonton dan pendukung sepak bola bisa saja bergantung dari cuap-cuap si komentator.

Wartawan sepakbola.
Selama pertandingan berlangsung, wartawan sepak bola duduk di bangku penonton menyaksikan dan mendalami pertandingan. Dia mencatat peristiwa-peristiwa menarik dari pertandingan yang sedang berlangsung. Ada kalanya, wartawan yang bertugas tidak menyukai sepak bola atau yang bertanding bukan tim favoritnya. Namun karena tuntutan pekerjaan, wartawan yang harusnya ogah-ogahan itu tetap menyelami pertandingan. Kalaupun apes-apesnya dia tidak mengerti sedikitpun soal sepak bola, dia akan bertanya pada orang terdekat yang mengerti sepak bola sampai semua pertanyaannya terjawab tuntas.
Seselesainya pertandingan, wartawan turun menemui pemain bola. Dia menanyakan bagaimana pemain bola tersebut menjalani pertandingan. Kalau ada waktu, dia juga mewawancarai beberapa penonton untuk mengetahui bagaimana emosi mereka bersatu dalam pertandingan sepakbola. Pada akhirnya, berdasarkan hasil wawancaranya, wartawan menulis tentang pertandingan dan mencurahkan sedikit opininya dalam artikelnya itu.

Wartawan dan komentator. Keduanya sama-sama berada di pihak netral. Ya, mereka tidak memihak siapa-siapa. Namun bagaimana mereka menyikapi pertandingan sepakbola sungguh bertolak belakang.

Wartawan berusaha keras menghayati pertandingan dan mencoba merasakan apa yang dialami oleh seluruh pihak yang terlibat langsung dalam pertandingan lalu beropini.
Komentator langsung berkomentar terhadap apapun yang terjadi di pertandingan sepak bola tersebut.


Masa di mana pacar Casillas adalah wartawan cantik bernama Nytt Seierskyss.
Jelas di sini, Nytt benar-benar berusaha keras memahami apa yang dialami Casillas 
dalam pertandingan sepakbola saat itu.
Baik sebagai wartawan maupun sebagai pacar :)

\
Then Nytt's got kissed by Casillas in front of world's information media.
Unyu.
I think she really deserved it :p


Andaikata pertandingan sepak bola itu adalah hidup orang lain maka wartawan dan komentator adalah pribadi-pribadi yang menyaksikan hidup orang lain tersebut tanpa terlibat langsung..

Ini adalah renungan. Hanya refleksi diri semata berdasarkan apa yang aku lihat, dengar, dan rasakan.
Dan jikalau aku ditanya berusaha menjadi wartawan atau komentator, aku sudah memiliki jawabannya sendiri.


*hint:
Sumber gambar: Google Image Search dengan keyword Casillas Nytt lover


Terima kasih sudah membaca tulisan dan refleksi pribadi ini :)

Tuhan memberkati


Salam dari yang sudah memilih ingin menjadi wartawan atau komentator pertandingan sepak bola,
Maria Paschalia Judith Justiari

Selasa, 22 Maret 2011

Filosofi Angkot

Berhubung angkot sudah menjadi bagian hidup saya dalam menjalani kehidupan siswi SMAN 39 Jakarta Timur, maka selayaknya asal-muasal filosofi ini tak lagi diragukan.

Saat saya duduk di angkot sendirian, ada hal yang ternyata tidak pernah saya sadari.
Supir angkot mengemudikan angkotnya dengan tujuan mendapatkan nafkah. Tak heran dia akan begitu semangat menunggu penumpang duduk di angkotnya dan dengan senyuman menyetir para penumpang yang memenuhi angkotya.Tidak ada supir angkot yang tidak senang jika angkotnya ramai penumpang. Dan tidak ada supir angkot yang tidak lesu jika angkotnya sepi penumpang.
Dalam perjalanannya, penumpang turun-naik angkot merupakan suatu siklus yang biasa.
Bila angkotnya sepi penumpang, supir memiliki dua pilihan. Menunggu penumpang atau tetap melaju ke depan sambil berdoa ada penumpang yang menunggunya.
Bila angkotnya ramai penumpang, supir terpaksa menolak penumpang lain untuk naik lalu mengemudikan angkotnya dengan kecepatan tinggi agar dia bisa segera mendapatkan penumpang lainnya. Bahkan supir angkot akan lupa pada keselamatan penumpangnya. Memang manusia tidak akan pernah puas.

Inilah yang saya sadari.
  • Angkot sama dengan kehidupan kita sebagai manusia
  • Penumpang naik sama dengan kebahagiaan kita
  • Penumpang turun sama dengan kesedihan kita
  • Dan supir angkot sama dengan kita, individu manusia yang menjalankan hidupnya
Jika keempat unsur itu digabungkan, maka angkot akan mengajarkan suatu pelajaran penting untuk suatu kehidupan yang lebih bermakna.

=D


God bless!!

Salam hangat,
Maria Paschalia Judith Justiari 

Filosofi Jangkrik

hint: sejujurnya gue malu nyeritain ini. Sungguh.
intermezzo: filosofi ini gue gunakan untuk menina-bobokan anak-anak kelas 10 pas retreat

Saat malam datang, tanpa lampu kita tak dapat melihat apa-apa meskipun sudah ditemani terang bintang dan bulang. Tidak dapat melihat apa-apa bukan berarti tidak dapat merasakan. Masih ada 4 indera yang dapat kita gunakan selain mata. Runcingkan lagi menjadi 1 indera, indera pendengaran.
Sepasang telinga yang dianugerahkan Tuhan menandakan kita harus banyak mendengarkan, tidak sekedar mendengar.
Gelapnya malam masih memberi peluang besar pada kita untuk mendengarkan sekitar. Suara jangkrik - objek yang mungkin kasat oleh telinga namun hanya didengar. Padahal jangkrik juga merupakan karya Tuhan yang indah.
Sudah menjadi kebiasaan kebanyakan remaja memanjakan telinga sebelum tidur dengan lagu dan musik ciptaan manusia. Tanpa kita sadari atau mungkin kita pernah sadar, Tuhan sudah menyediakan suara merdu untuk membuat kita terlelap. Suara jangkrik.
Di tengah kelamnya malam, jangkrik berusaha menghibur kita dengan suaranya. Ada yang mendengarnya, ada yang benar-benar mendengarkannya, ada yang menikmatinya, ada yang meresapinya, ada yang mengacuhkannya, ada yang mengejeknya, ada yang bilang berisik, ada yang bilang merdu. Berbagai macam tanggapan dan komentar ditujukan pada suara jangkrik itu.
Tapi apakah jangkrik berhenti bersuara? Tidak! Dia tetap bernyanyi memecah keheningan malam tanpa peduli kritik atau pujian yang dia dapatkan.
Kenapa kita tidak belajar dari jangkrik? Biarpun merupakan ciptaan Tuhan yang mungil, jangkrik berusaha menghibur manusia. Bahkan biarpun dihujani kritik atau sikap tidak peduli, jangkrik tetap setia menghibur manusia. Jangkrik tetap memberi yang terbaik yang dia miliki untuk menghibur manusia. Dia percaya bahwa suaranya adalah yang terbaik yang dapat dipersembahkan.

Hewan kecil yang suaranya muncul tiap malam ini telah memberi satu pelajaran bagi kita. Mungkin kita sering meremehkan jangkrik, tapi untuk bertindak seperti jangkrik merupakan hal yang sulit bukan?


God bless!

Salam hangat,
Maria Paschalia Judith Justiari 

Jumat, 06 Agustus 2010

Filosofi Otonomi Daerah

Entah gua kerasukan setan apa, mungkin ahli-ahli otonomi daerah hadir dalam mimpi saya dan memberi inspirasi untuk menulis filosofi ini.

Otonomi daerah itu bisa berupa penggabungan daerah atau pemisahan daerah (secara  sederhana). Yaaaah, itu cuma pembukaannya.

Daerah A, daerah B, daerah C.
Daerah A dan daerah B menjalin hubungan yang kuat, bahu-membahu membangun daerah masing-masing. Tiba-tiba daerah C dengan potensi kekayaan alam yang tinggi mengajak daerah A untuk bersatu. Tanpa dipikirkan lebih lanjut, daerah A menerima tawaran daerah C. Ya, sekarang kedua daerah itu bersatu menjadi satu daerah.

Awalnya, daerah A mengalami kemajuan yang pesat. Lambat laun, penduduk di daerah A mengeluh. Mereka tidak merasa nyaman dengan daerah gabungan A-C. Sejujurnya, penduduk daerah A ingin bersatu dengan daerah B. Daerah B telah memberi kenyamanan kepada penduduk daerah A walaupun tak dapat memberikan kekayaan sebanyak daerah C.

Pemerintah daerah C tak mengetahui perasaan penduduk daerah A. Bahkan, ketika daerah A mulai menjalin hubungan lagi dengan daerah B, daerah C sama sekali tidak sadar.

Daerah B berubah. Pemerintah dan penduduknya memberi kenyamanan dan menambah pasokan sumber daya kepada daerah A. Seolah-olah, tak ada batas antara daerah A dan B. 

Tanpa disadari, daerah A semakin memantapkan langkahnya untuk bergabung dengan daerah B dan memisahkan diri dari daerah C. Parahnya, daerah C tidak mengerti apapun yang terjadi pada daerah A dan B. Daerah C hanya menyimpulkan bahwa daerah A baik-baik saja.

Sampai saat ini, daerah A masih menyandang status sebagai gabungan daerah C. Namun, ia melupakan batas daerah dengan daerah B yang lama-kelamaan memiliki hubungan semakin erat dengan daerah A.


Salam,
Maria Paschalia Judith Justiari 

Minggu, 16 Mei 2010

Filosofi Garam dan Gula

Gula dan garam.
Gula itu manis sedangkan garam itu asin.

Di dapur, gula dan garam pasti diletakkan berdampingan. Entah tanpa kita sadari, banyak dialog yang menyegarkan dan tidak kasat oleh telinga.

Sejujunya, mungkin garam memiliki rasa iri yang begitu dalam. Garam melihat gula selalu menarik semua lidah karena manis yang telah menjadi cap resmi untuk gula. Apakah mungkin garam yang berdiri di dapur pernah merasa dirinya lebih rendah dari pada gula?
 
Gula. Gula yang selalu kita tambahkan pada secangkir teh manis. Tapi apakah di hadapan lidah gula semenarik yang garam pikirkan?
Seolah-olah lidah di sini berarti hakim.
 
Andaikan saja percakapan antara gula dan garam ini terjadi,
Gula: "Aku ingin menjadi Garam."
Garam: "Kenapa? Aku tidak menarik lidah. Semua orang suka rasa manis pada dirimu. Sedangkan aku tidak ada apa-apanya dibanding kamu."
Gula: "Kau salah, Garam. Aku yang bukan apa-apa di sini."
Garam: "Tapi Gula, aku selalu bermimpi untuk dilahirkan menjadi dirimu. Kau manis, sedap di lidah. Kalau kau tidak percaya, lihat semua orang suka permen karena manis dari dirimu."
Gula: "Garam, kau punya kelebihan yang sangat istimewa. Orang akan berkata sayur takkan sedap bila tanpa garam. Saat kemah, orang akan berbondong membelimu dalam jumlah banyak untuk melindungi diri mereka dari ular. Ketika sakit gigi menyerang, kau langsung dicari bahkan sebagai pertolongan pertama. Yah, kau tahu berkumur dengan air garam."
Garam: "Namun kau selalu ada pada kue lezat. Semua anak kecil suka padamu. Semua orang suka rasa manis."
Gula: "Tapi aku tak bisa melindungi dan menyembuhkan manusia seperti dirimu. Bahkan kau dipilih sebagai pengawet alami untuk ikan."
Garam: "Aku bingung mau berkata apa. Tapi aku memendam rasa iri padamu, Gula..."

Gula dan Garam pun tak dapat melanjutkan perdebatan mereka lagi. Keduanya berusaha memikirkan makna dari diri mereka masing-masing.

Aku percaya kalian bisa mendalami arti filosofi ini..
:)
GBU always..

Salam hangat, Maria Paschalia Judith

Jumat, 19 Maret 2010

Filosofi Artis dan Manager

Hiks..
Gw niat banget buat nangis skarang..

Let me tell you about the reason why I wanna cry by a phylosophy:

Sebuah filosofi.
Filosofi ini nyakitin abis kalau bener-bener didalami.

Filosofi Artis dan Manager..

Gw sempet berpikir seperti ini:
semua orang bertanya kepada manager tentang si artis. Manager di sini diartikan sebagai orang yg benar-benar tau seluk-beluk si artis. Ga heran kalo orang-orang bertanya tentang artis kepada manager.
Tapi tapi tapi..
Kenapa ga pernah semua orang bertanya kepada artis tentang managernya? Apakah karena manager itu tidak gemerlap? Yang paling buruk adalah, orang-orang akan bertanya kepada artis tentang manager kalau manager melakukan suatu kesalahan. Kalau manager melakukan kebaikan untuk si artis? Orang-orang nggak bakal nanyain artis tentang manager. Padahal manager itu adalah orang yang membuat artis itu gemerlap. Pernahkah kalian memikirkan perasaan manager itu? Sakit? Jelas!


Pikirkan maksud dari filosofi ini..

Gbu always

Warmly Regards,
Judith

*get the English version in: