Selasa, 22 Maret 2011

Filosofi Jangkrik

hint: sejujurnya gue malu nyeritain ini. Sungguh.
intermezzo: filosofi ini gue gunakan untuk menina-bobokan anak-anak kelas 10 pas retreat

Saat malam datang, tanpa lampu kita tak dapat melihat apa-apa meskipun sudah ditemani terang bintang dan bulang. Tidak dapat melihat apa-apa bukan berarti tidak dapat merasakan. Masih ada 4 indera yang dapat kita gunakan selain mata. Runcingkan lagi menjadi 1 indera, indera pendengaran.
Sepasang telinga yang dianugerahkan Tuhan menandakan kita harus banyak mendengarkan, tidak sekedar mendengar.
Gelapnya malam masih memberi peluang besar pada kita untuk mendengarkan sekitar. Suara jangkrik - objek yang mungkin kasat oleh telinga namun hanya didengar. Padahal jangkrik juga merupakan karya Tuhan yang indah.
Sudah menjadi kebiasaan kebanyakan remaja memanjakan telinga sebelum tidur dengan lagu dan musik ciptaan manusia. Tanpa kita sadari atau mungkin kita pernah sadar, Tuhan sudah menyediakan suara merdu untuk membuat kita terlelap. Suara jangkrik.
Di tengah kelamnya malam, jangkrik berusaha menghibur kita dengan suaranya. Ada yang mendengarnya, ada yang benar-benar mendengarkannya, ada yang menikmatinya, ada yang meresapinya, ada yang mengacuhkannya, ada yang mengejeknya, ada yang bilang berisik, ada yang bilang merdu. Berbagai macam tanggapan dan komentar ditujukan pada suara jangkrik itu.
Tapi apakah jangkrik berhenti bersuara? Tidak! Dia tetap bernyanyi memecah keheningan malam tanpa peduli kritik atau pujian yang dia dapatkan.
Kenapa kita tidak belajar dari jangkrik? Biarpun merupakan ciptaan Tuhan yang mungil, jangkrik berusaha menghibur manusia. Bahkan biarpun dihujani kritik atau sikap tidak peduli, jangkrik tetap setia menghibur manusia. Jangkrik tetap memberi yang terbaik yang dia miliki untuk menghibur manusia. Dia percaya bahwa suaranya adalah yang terbaik yang dapat dipersembahkan.

Hewan kecil yang suaranya muncul tiap malam ini telah memberi satu pelajaran bagi kita. Mungkin kita sering meremehkan jangkrik, tapi untuk bertindak seperti jangkrik merupakan hal yang sulit bukan?


God bless!

Salam hangat,
Maria Paschalia Judith Justiari 

1 komentar:

  1. Bagus kak jarang ada yg sadar, saya sebagai salah satu pelaku yg biasa dipanggil jangkrik sehari harinya memang seperti itu dan sebenarnya masih banyak lgi filosofi dari karakteristik jangkrik 😅

    Terus berkarya kak!! Semangat menuju tak terbatas dan melampauinya

    BalasHapus