Selasa, 08 Maret 2011

Unyu, sedang Galau Braay! *brbgaruktanah <= ababil

Posting kali ini mau ngobrolin perihal kata-kata yang gue temukan selama hidup satu setengah tahun lebih di 39. Perlu digarisbawahi, posting kali ini benar-benar murni didasarkan kurang kerjaan dari pribadi gue. Jadi mohon dimaklumi yaa

Rumusan masalah: 
Tak ada yang tau kenapa bisa merebak sampai seluruh pelosok. Atau karena radio? Atau karena dunia sempit? Ataukah ada hal lain (dari dunia lain)?

Waktu itu pas liburan kenaikan kelas (Juni/Juli 2010), gue tweet-to-tweet sama Cecil. Alangkah bahagianya Cecil yg berlibur ke tanah Jawa (gue juga mauuuu).
Daripada gue ngenes di rumah bersemedi di depan laptop, gue palak oleh-oleh ke Cecil.
Lalalalalaladubidambidamtrilililiii ada satu tweet di mana Cecil bilang "unyuuuu..."
Lah? Gue kan bingung apaan noh arti kata unyu. Dengan polosnya gue nanya Cecil artinya naon.
Gue penasaran dan dengan cerdasnya Cecil tak menjawab. Ujung-ujungnya gue masih hidup dengan digandrungi rasa penasaran.
Lama-lama di timeline twitter gue, kata "unyu" semakin eksis. Dan gue pun ikut menggunakan kata "unyu" setelah mengetahui maknanya. Apa maknanya? Sulit dideskripsikan, nanti kalian juga tahu sendiri.
Itulah perkenalan gue dengan kata "unyu" pada bulan Juli 2010.

Juli 2010 nyaris sampai pada akhir hayatnya. Sambil menemani bulan Juli di masa rentanya, gue tetap rajin nongkrong depan timeline twitter. Naah sekarang si ketua kelas semester duanya Exhsclafe10 (baca: Dzorfhi dgn nama imut Opi) bikin sensasi. Nggak deh, bukan sensasi. Pokoknya dia lagi tweet banyak status dan di RT sana-sini. Chika nanya dia kenapa (lagian makhluk kayak gitu kok bisa ngetweet semacam itu). Gue RT tweetnya Chika. Opi pun menjawab kalau dia lagi galau.
Galau. GALAU. G-A-L-A-U.
Otomatis gue langsung teringat lagunya Titi DJ yang berjudul Galau. Lagu itu lahir tahun 2008 (kalau nggak salah). Gue menyimpulkan kalau "galau" itu berarti perasaan yang nggak enak dan nggak tenang. Selidik punya selidik, gue menemukan arti kata "galau" yang sebenarnya itu bulan September. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), "galau" berarti kacau. Kasihan sekali dia, banyak yang salah mengartikan kata "galau".
Itulah perkenalan gue dengan kata "galau" pada akhir Juli 2010 dan mengenalnya lebih dalam pada September 2010.

Selama 2 minggu, gue belom nemu kata-kata baru yang memperkaya diksi gue. Setelah dinanti-nantikan, gue bertemu (lagi-lagi di twitter) dengan gaya bahasa baru. Kali ini bukan kata tapi gaya bahasa. Di timeline saat itu gue sering baca hashtag dengan gaya bahasa seperti ini:
#brbgalikubur #nangisdipojokan #garukgaruklantai #garukgaruktembok dsb.
Sebenarnya gue udah pernah denger #brbngakak dari bulan Juni 2010. Tapi kalau hashtag dengan gaya bahasa seperti di atas, gue baru nemu pas akhir September.
Di 2011 sekarang ini, hashtag yang sering gue baca dan pake adalah #eaaa dan #plaak. Ohya, nggak lupa sama hashtag #malamgombal karya Gian, Nimas, dan gue. Kalo sempet baca yaa! *promosi
Itulah perkenalan gue dengan gaya bahasa yang gue namakan aksi-reaksi ngenes pada akhir September 2010.


Masih di bulan September 2010. Saras, temanku yang paling imut membuat akronim baru yakni "Ababil". "Ababil" ini merupakan singkatan dari ABG Labil. Maklum namanya saja SMA, dunia peralihan dari remaja menjadi dewasa, wajar dong kalo labil? Jadi, begitulah asal-muasal kata "Ababil".

Itulah perkenalan gue dengan kata "Ababil" pada akhir September 2010. 
 
Terakhir nih braay! Di bulan November, anak-anak Bily Scive pada menyebut kata "bray" di akhir kalimat. Maknanya sama aja sih kayak sapaan. Sampai sekarang gue masih doyan menggunakan kata "bray" sebagai kata sapaan.
Itulah perkenalan gue dengan kata "bray" pada awal November 2010 di Bily Scive.



Naah naaah naaah..... Abis posting panjang lebar tinggi gini terus gue mau ngasih kesimpulan apaa?? Setelah ditilik lebih mendalam ternyata...........nggak penting ya? -,-
krik krik krik
Nggak deh, gue punya kesimpulan sendiri. Di mata gue, komunikasi itu hebat banget. Kata-kata yang tadinya dipakai di suatu komunitas kecil (contoh: SMAN 39) bisa begitu merebaknya di Indonesia lewat berbagai macam media.

Bener kan kesimpulan gue? Hehehehehe
Sekian dulu braay!

God bless! 

Salam hangat,
Maria Paschalia Judith Justiari 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar