Selasa, 22 Maret 2011

Filosofi Angkot

Berhubung angkot sudah menjadi bagian hidup saya dalam menjalani kehidupan siswi SMAN 39 Jakarta Timur, maka selayaknya asal-muasal filosofi ini tak lagi diragukan.

Saat saya duduk di angkot sendirian, ada hal yang ternyata tidak pernah saya sadari.
Supir angkot mengemudikan angkotnya dengan tujuan mendapatkan nafkah. Tak heran dia akan begitu semangat menunggu penumpang duduk di angkotnya dan dengan senyuman menyetir para penumpang yang memenuhi angkotya.Tidak ada supir angkot yang tidak senang jika angkotnya ramai penumpang. Dan tidak ada supir angkot yang tidak lesu jika angkotnya sepi penumpang.
Dalam perjalanannya, penumpang turun-naik angkot merupakan suatu siklus yang biasa.
Bila angkotnya sepi penumpang, supir memiliki dua pilihan. Menunggu penumpang atau tetap melaju ke depan sambil berdoa ada penumpang yang menunggunya.
Bila angkotnya ramai penumpang, supir terpaksa menolak penumpang lain untuk naik lalu mengemudikan angkotnya dengan kecepatan tinggi agar dia bisa segera mendapatkan penumpang lainnya. Bahkan supir angkot akan lupa pada keselamatan penumpangnya. Memang manusia tidak akan pernah puas.

Inilah yang saya sadari.
  • Angkot sama dengan kehidupan kita sebagai manusia
  • Penumpang naik sama dengan kebahagiaan kita
  • Penumpang turun sama dengan kesedihan kita
  • Dan supir angkot sama dengan kita, individu manusia yang menjalankan hidupnya
Jika keempat unsur itu digabungkan, maka angkot akan mengajarkan suatu pelajaran penting untuk suatu kehidupan yang lebih bermakna.

=D


God bless!!

Salam hangat,
Maria Paschalia Judith Justiari 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar