Ehm, tulisan kali ini akan didominasi oleh bumbu kata-kata gombal yang saya jamin membuat pembaca ingin mengklik gambar silang di pojok kanan atas jendela ini. Besar harapan saya para pembaca membaca ini dengan ketulusan dan kesabaran penuh sebelum mengklik gambar menyakitkan itu (walaupun harus menahan tawa atau menahan rasa mual atau menahan cemoohan).
Langsung saja.
Pasalnya, saya memang tidak pandai berceloteh tentang cerita cinta (emang lo punya dith?!). Yaa tapi kan seenggaknya saya akan berusaha mengimajinasikan cerita cinta yang sangat ingin saya alami (ngayal ga dosa bray!). Sekedar info, imajinasi egois ini ditemukan di kamar mandi.
Saya menginginkan laki-laki dalam sosok pria yang jauh berbeda dengan cowok. Pria itu dewasa dan cowok itu kekanak-kanakan.
Kami akan menghabiskan waktu dengan membicarakan hal-hal yang sangat penting sampai yang paling nggak penting. Kami menikmatinya. Obrolan kami lancar, layaknya aliran sungai menuju laut lepas.
Kami akan saling berbicara tentang diri kami, kesukaan kami, dan ketidak-sukaan kami. Kami berbagi segala macam cerita, memberi saran satu sama lain, dan melakukan saran itu walaupun sarannya sama sekali tak berguna. Satu kata yang mewakili: terbuka.
Dia akan tersenyum jika saya tersenyum, dan menyalakan semangat jika saya menangis.
Dia mengenali wajah saya, bahkan ketika saya mengenakan topeng atau bergonta-ganti topeng. Di depannya, seluruh topeng yang saya miliki akan hancur seketika.
Dia tidak akan membuat saya iri dengan hubungan pasangan lain dan dia akan membuat saya tidak mendengarkan komentar sanjungan untuk pasangan lain karena dia meyakinkan saya bahwa saya memiliki yang lebih istimewa daripada mereka.
Dia akan mencoba memahami keseharian saya, teman-teman saya, dan tentunya sahabat-sahabat saya. Begitupun sebaliknya, saya akan berusaha mengerti dunianya.
Kami akan saling membuat satu sama lain merasa nyaman. Oleh kenyamanan itu, dia akan senang bercerita tentang saya pada lingkungannya. Begitu juga dengan saya.
Kami akan saling menerima apa adanya. Perbedaan di antara kami seolah melebur menjadi satu.
Setiap pagi namanya menjadi yang pertama mengisi kotak masuk di ponsel saya dan tiap malam namanya menjadi yang terakhir di sana. Dia tidak akan tidur sebelum memastikan saya tidur dengan lelap atau setidaknya saya baik-baik saja.
Mungkin sewaktu-waktu, dia akan menyanyi untuk saya sebuah lirik yang begitu dalam dan mewakili isi hatinya.
Dia tidak akan membantu saya ketika saya bilang, "Tolong". Sebelum saya mengatakan tolong, dia sudah membantu saya.
Dia akan mengingatkan saya, melarang saya melakukan hal yang salah, dan mendukung saya melakukan hal yang baik.
Dia akan jarang mengumbar janji, dia akan langsung membuktikan.
Tatapannya akan membuat saya selalu yakin bahwa dia benar-benar ada untuk saya.
Kami akan pergi ke gereja berdua sebulan sekali, menikmati kebersamaan dengan Tuhan berdua.
Dia akan membuat saya tak perlu lagi mencari dan menjaganya dengan segenap apa yang saya miliki.
Dia akan melakukan semua yang saya ketik di atas tanpa saya tuntut. Semuanya dia lakukan tanpa saya minta terlebih dahulu. Adalah nalurinya untuk melakukan apa yang saya ketik di atas.
Bagaimana imajinasi saya? Sangat egois bukan? Tapi sesekali saya ingin berkhayal untuk diri sendiri, untuk kesenangan diri sendiri, tanpa memikirkan orang lain. Sekali saja saya ingin bersikap egois.
Apabila ganjaran untuk mendapat sosok yang saya tulis di atas adalah menunggu dengan penuh kesabaran, akan saya lakukan dengan sukacita. Saya akan menunggu tanpa ragu jika itu adalah ganjarannya. Namun apabila bayaran untuk mendapat sosok itu adalah kehilangan jati diri, saya akan berpikir dua kali dan menegoisasi apa yang telah saya ketik.
Sekian. (*silahkanmengklikgambarsilangdipojokkananatas
Salam hangat,
Maria Paschalia Judith Justiari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar