Jumat, 27 Juni 2014

Kita tak hanya berada dalam bumi berbentuk bola pepat.
Kita tak hanya berada di atas tanah Ibu Pertiwi.
Kita berada dalam satu tubuh.
Aku, diriku, dan jiwaku.

Aku dengan senang hati membebaskan diriku untuk pergi dan melakukan segala sesuatu. Apalagi di tengah libur dan berada di rumah seperti ini.


WAKAKAKAKAKAKAK JUDITH BERLIBUR WOOYY!! YIHAAAAAAAA :3
JUDITH SEMEDI DI RUMAH TJOIIIIIII!! YUHUUUUUU :3

Gaada galau-galauan.........
......
......
Betewe, galau gue cuma muncul kalau gue udah stress tingkat dewa. Begitu gue merasa tertekan amat sangat, gue akan membutuhkan seorang laki-laki yang gue tahu saking sayangnya dia sama gue, tekanan yang buat dia remeh-temeh sampai tekanan yang memang berat pun dia dengarkan. Lalu dia pun memimpin gue untuk meloncat dan terbang menerobos tekanan-tekanan tersebut, memimpin atau paling tidak mendampingi gue menyelesaikan masalah-masalah hidup yang gue hadapi. Ya, sosok sandaran hati.
Oke. skip. Gausah dibahas lagi :p

Iya. Harusnya tidak ada distorsi (baca: galau-galauan) :)

Karena aku bebas tanpa tuntutan
Karena aku bisa rehat dan melepas sejenak beberapa tanggung jawab. Ingat, hanya sejenak.
Karena aku bisa menikmat waktu untuk membahagiakan diriku sendiri tanpa perlu mengganggu kebahagiaan orang lain.
Karena aku dapat memiliki waktu lebih untuk semakin mengenal diriku dan hidupku sendiri.
Karena aku bisa berada di sekitar raga dan jiwa yang menerima sekaligus menyayangi aku apa adanya diriku ini.

Libur dan Rumah :)

Tapi untuk beberapa waktu ke depan, mungkin sampai belasan Juli, aku harus memiliki liburku dan rumahku sendiri. Rumah dan libur yang kusebut dalam sandingan kelenturan hingga di manapun dan kapanpun aku berada, aku selalu bisa menyebut "Judith sedang libur!" atau "Judith sedang di rumah!". Meski aku secara kasat mata tak di rumah atau tak dalam waktu libur.

:)

Semangat Judith! Semangat untuk menciptakan rumah dan liburmu sendiri!
Semangat!!
:3

Tuhan memberkati.


Salam dari yang sedang menikmati libur di rumah secara tersurat maupun tersirat,
Maria Paschalia Judith Justiari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar