Minggu, 10 April 2011

GEREMIN

Ennggg, iya gausah terlalu serius baca judulnya. Baca setengah hati juga nggak apa-apa. Klik tanda silang di pojok kanan atas............jangan dulu deh
#tolongjanganjadiababil #anaklabilkelautaja

*menatahati *menyiapkankata *menatapkedepan
*bukananaklabillagi =D

15 Maret 2011 berkat rahmat Tuhan yang Maha Kuasa, Geremin pun lahir.
Aneh ya namanya? Maksa pula. Ah apapun itu, Geremin ini cuma diceritakan sekilas.
Geremin merupakan singkatan Gerakan Kalem Indonesia. Diketuai oleh Julianus M. D. (@julianusmd). "Kami tetap blingsatan walau dunia menginginkan yang kalem!" merupakan motto utama Geremin.
Dibentuknya juga dengan niat setengah hati. Ini semua gara-gara Marcella (@marcellulosa) dan gue saling mengingatkan untuk jadi kalem.
Mau berdiri, "Berdirinya yang kalem Cel,"
Mau nyanyi, "Dith, kalem Dith,"
Sampai akhirnya kami berdua dinasehati sang ketua, "Sssttt, kalem woy!"
Lalu kami pun menegur Pak Ketua, "Yang kalem dong, Nus!"
Semua teguran pada hari itu berpusat pada kata kalem. K-A-L-E-M

Julianus M.D., ketua Geremin

 Marcella Giovanni, teman seperjuangan Geremin

Menurut kamus Tesaurus Bahasa Indonesia, kata lain atau sinonim "kalem" adalah "lembut".
L-E-M-B-U-T

Seterobsesi apa sih lo Dith sama sifat kalem ini?
Nggak. Gue (sama sekali) nggak terobsesi buat jadi kalem. Lagian gue sudah membayangkan bagaimana gue nantinya kalo jadi kalem. Dan itu...............bukan sesuatu yang gue inginkan ataupun gue harapkan. 
Berikut kemungkinan kalo gue jadi kalem (tidak bisa dipastikan kebenarannya karena saya enggan membuktikannya).

*Gue bakal dilarang jadi vulkanolog. Pikiran orang tua gue yang nggak ngizinin gue buat terjun lebih mendalam ke gunung berapi. Ortu gue bakal mikir kayak gini kalau
Judith kalem: "Ah anak gue kan lemah lembut, mending dipingit aja atau masuk sekolah modelling, paling engga mata kuliahnya yang feminin dikit lah,"
Judith normal: "Nih anak emang dasarnya blingsatan. Mungkin gunung udah jadi habitatnya. Daripada di rumah mengganggu ketentraman warga,"

*Masih lanjutan di atas. Pas jadi vulkanolog, gue pasti menghimbau warga sekitar gunung berapi buat turun gunung. Lebih ngefek yang mana buat bikin warga ninggalin gunung?
Judith kalem: (nada lemah lembut mirip Putri Solo) "Bapak-bapak, Ibu-ibu, Kakek-kakek, Nenek-nenek, Kakak-kakak, Adik-adik, Mas-mas, Mbak-mbak, Om-om, Tante-tante, gunung berapi ini beberapa saat lagi akan meletus. Saya mohon dengan amat sangat supaya Saudara-saudari meninggalkan area ini secepat mungkin."
----------atau-------------
Judith normal: (nada lantang, wajah tegas, dengan bumbu mengancam) "Kepada yang masih sayang nyawa, keluarga, dan handai taulan diharuskan bahkan diwajibkan meninggalkan area ini secepat mungkin. Gunung akan meletus. Jika Anda tidak mempercayai saya, resiko tanggung sendiri. Terima kasih."

*Kalo gue kalem, mungkin gue nggak bakal punya malaikat kecil di 39 yang bernama Angela Merici Bella (@angelambella)
-Angela Merici Bella- 

*Kalo gue kalem, mungkin gue nggak bisa teriak "IPA LIMAAA, GENJOOOT!!" bareng Ambar (@ambarisqia)
- Ambarisqia Dwining Dwifa - 

*Kalo gue kalem, mungkin gue nggak bisa teriak-teriak bareng Sekar dan meracuni dia untuk nggak jadi perempuan yang kalem-kalem amat
- Sekar Hayuning Galih - 

*Kalo gue kalem, mungkin gue nggak bisa ejek-ejekan bareng Gio, berbisik di telinga Jalu dari belakang dengan memegang pundaknya, atau main sinetron siang bareng Gohan
 (kiri-kanan) - Gohan Parningotan, Giovanno Dirk, Nicolas Jalu -

*Kalo gue kalem, nggak ada lagi Judith yang blingsatan dan urak-urakan 


Ini nih perempuan yang sebenarnya gue nggak akrab-akrab banget dan gue SKSD-in. Dia punya prinsip buat nggak jadi kalem. Sama kayak gue. Eh, beda deh. Dia lebih kuat sama prinsipnya. Nggak selabil gue yang ampe mau privat di keraton Solo. Dia ngingetin gue buat tetep blingsatan. Namanya Kamilia Latifah (@LatifahKamilia)

 - Kamilia Latifah -




Masih banyak kemungkinan yang menurut gue nggak banget (buat diri gue) andaikata gue jadi kalem. Gue suka kok jadi diri gue. Memang masih banyak kekurangan, tapi pasti gue perbaiki agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Jangan pernah menyesal menjadi diri sendiri karena Tuhan menciptakan dan membentuk kita baik adanya.
:)

God bless!

Salam dari anak urak-urakan,
Maria Paschalia Judith Justiari
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar