Jumat, 18 Juli 2014

Antara Judith, Ma**in, dan Kaderisasi

Selamat sore para pemilik raga, baik yang bernyawa maupun berharap akan nyawa.

Baru saja, saya mendengar iklan Ma**in. Gelombang suara nyanyian iklan tersebut menjalar di ruang keluarga hingga sampai ke gendang telinga saya.

Jujur saja. Biasanya, saya langsung mencak-mencak dan misuh-misuh begitu mendengar iklan tersebut.
Gerutu saya paling-paling hanya seputar,
"Terus kenapa gue harus gembira kalau kulit manggis ada ekstraknya?"
"Memang yang membuat bahagia cuma ekstrak kulit manggis?"
"Kenapa kalau mau bersinar harus minum Ma**in sih?"
"Bukannya kalau mau badan sehat itu nggak cuma minum Ma**in ya?"
"Ini iklan kesannya penting banget dah..."
"Jadi sekarang dunia perlu banget tahu kalau kulit manggis kini ada ekstraknya? Hello!"
dan lain sebagainya.

Saya pun menilik jauh ke belakang. Apa yang membuat saya sering kesal dengan iklan Mas**n. Terus terang, saya pribadi merupakan orang yang memiliki alasan untuk tiap emosi negatif yang keluar dari diri saya. Tidak mungkin saya kesal terhadap iklan Ma**in tanpa alasan.

Saya pun terkenang peristiwa ketika menonton salas satu film box office yang ditayangkan oleh salah satu acara televisi lokal. Ketika film tersebut iklan, yang berulang kali ditayangkan adalah iklan Mas**n. Dengan diksi "Kabar gembira untuk kita semua......." yang diputar berkali-kali dalam intensitas yang terbilang sering, lama-lama saya jengkel pada iklan tersebut. Apalagi saat itu perasaan saya benar-benar butuh kegembiraan yang mutlak bagi saya. Bukan hanya sekadar kulit manggis kini ada ekstraknya.

Ternyata efek kejengkelan saya pada Mas**n merambat ke mana-mana, salah satunya ke Pendiklat Sekolah Mentor. Akun ask.fm saya pun berisi pertanyaan perihal Mas**n. Bahkan, salah satu kawan terdekat saya di Program Studi Meteorologi (namanya Yusuf Afandi atau lebih dikenal dengan Ucup) berkata seperti ini:



Kembali lagi pada peristiwa saya yang baru saja mendengar iklan M**tin. Angin semilir sore khas Depok kini tengah meneduhkan konflik antara Mas**n dan saya. Ia berbisik usil pada saya, "Mungkin kamu sedang dikader Ma**in."
Bisikan usil yang entah dari mana asalnya inilah yang membuat saya hanya terdiam setelah mendengar iklan Ma**in.

Bagi saya pribadi, salah satu bagian yang tidak rumit dari kaderisasi adalah menjadi lebih baik. Lebih membuka diri dan pikiran merupakan salah satu tanda menjadi lebih baik.

Iklan Ma**in ini mengader saya untuk lebih menerima secara terbuka akan baiknya ide dan kreativitas manusia. Memang saya berpendapat bahwa iklan Ma**in menyebalkan, namun bagaimanapun juga saya perlu mengapresiasinya. Iklan Ma**in adalah buah karya dari ide-ide sekumpulan manusia yang berada di balik layar.
Saya pun teringat secara spontan, memilih diksi bukanlah hal yang mudah apalagi sampai harus mencocokkan diksi tersebut dalam alunan melodi. Membuat melodi yang tersusun dari berbagai macam nada juga butuh kemampuan yang bisa disebut bakat.

Bukan hanya menghargai suatu ide atau gagasan, iklan Ma**in mengader saya untuk menghargai kerja keras dan peluh dari orang-orang yang ditampilkan maupun tak ditampilkan. Iklan Ma**in hanya menampilkan seorang perempuan yang dengan cerianya mempromosikan Ma**in.
Bagaimana kalau misalkan perempuan itu harus olah rasa ekstra keras demi menaikkan daya jual Mas**n? Saya pun menggigit bibir kalau harus mereka-reka berapa kali dia harus mengulang adegan yang sama. Saya saja yang hanya mendengar berkali-kali saja sudah tidak kuat, apalagi si perempuan yang harus memeragakan ini berkali-kali.
Itu baru perempuan yang menjadi model. Belum lagi orang-orang yang tak ditampilkan. Ada sutradara, kameraman, penata busana, editor. Ah iya, saya langsung teringat mempermulus video itu sulit. Bagaimana dengan waktu yang mereka korbankan demi iklan Ma**in ini? Ya ampun, ternyata iklan Mas**n bersirat pengorbanan dan kerja keras banyak pihak.
Lebih ke asal-muasalnya lagi, dalam kaderisasi iklan Ma**in ini saya diingatkan bahwa menemukan sesuatu yang baru itu sulitnya luar biasa. Sebagai seorang calon ilmuwan, saya membayangkan berapa puluh kali percobaan yang dilakukan untuk menemukan ekstrak kulit manggis. Pasti begitu ditemukan, ini menjadi kabar gembira bagi ilmuwan tersebut.

Masih ada lagi. Iklan Ma**in mengader saya untuk memahami rasa takut, takut akan hal yang ditakutkan terjadi. Beberapa orang di belakang iklan Ma**in pasti takut Ma**in tidak laku. Lebih sederhana lagi, penggagas ide dan tim kreatif iklan Ma**in pasti takut kalau iklannya tidak disukai. Tiba-tiba saya merasa bersalah. Saya merasa bersalah karena mewujudkan salah satu ketakutan mereka. Semoga orang-orang seperti saya hanya sedikit, bahkan kalau perlu hanya saya saja.. Amin.!

Satu hal yang pasti, saya dikader iklan Ma**in untuk menjadi pribadi yang lebih sabar dan lebih tahan olah rasa. Terutama dalam menghadapi pendiklat-pendiklat SM yang dengan sukarela mengingatkan saya akan iklan Ma**in.

Terima kasih Yang Mahakuasa dan semesta, lagi-lagi saya mendapat alasan untuk bersyukur.
Saya bersyukur untuk kedua kalinya, saya boleh mencicipi kaderisasi dalam sudut pandang yang terbilang aneh.
Saya bersyukur telah diberi kesempatan untuk mendalami makna kaderisasi tanpa batasan apapun.
Saya bersyukur telah diberi kesadaran bahwa Yang Mahakuasa dan semesta bisa mengader saya dengan cara apapun, bahkan lewat benda mati yang saya kesalkan.
Saya bersyukur, meskipun saya sering kesal pada iklan Ma**in, iklan ini tidak membalasnya dengan dendam. Justru saya malah dikader olehnya bahkan diberi pelajaran hidup.
Ya, saya bersyukur untuk pelajaran hidup sederhana yang saya dapat dari kaderisasi iklan Ma**in.
Tentunya, saya bersyukur boleh diberi kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih sabar dan lebih bisa olah rasa.




Dikutip dari novel Sang Alkemis karya Paulo Coelho
Untuk saya pribadi, kaderisasi bisa dianalogikan seperti ini.


Kaderisasi yang dilakukan iklan Ma**in terhadap saya telah mengagitasi saya akan satu hal. Saya ternyata tidak menghargai sebuah karya, berbagai pengorbanan, bahkan mewujudkan ketakutan dari apa yang jauh, yang tidak dalam lingkup nyata sekitar saya. Bagaimana terhadap orang-orang dan lingkungan di sekitar saya?

Lagi-lagi, terima kasih Yang Mahakuasa dan semesta karena telah menyadarkanku melalui agitasi dalam kaderisasi yang tidak sengaja dilakukan iklan Ma**in.
:)

Satu lagi. Kaderisasi oleh iklan Ma**in ini benar-benar memberi saya pelajaran untuk lebih terbuka dalam apresiasi terhadap suatu karya, pengorbanan, kreativitas, ide, gagasan, dan keringat kerja keras. Selain itu setelah kaderisasi dari iklan Ma**in ini, saya berharap saya tidak lagi mewujudnyatakan ketakutan orang atau bahkan sekelompok orang.

Kesimpulannya ialah saya akan menghargai keberadaan orang-orang dan lingkungan sekitar saya sehingga tidak ada waktu untuk memperhatikan iklan Ma**in yang isinya tidak penting. Bagi saya, yang terpenting dari iklan Ma**in terdapat pada pelajaran hidup yang dia berikan. Sekian.

*tetep aja judith ada di #timantimastin*:p


nb: mungkin ada yang ingin menikmati rasanya dikader oleh iklan Ma**in, sila klik di sini :)


Terima kasih telah membaca tulisan ini.
Tuhan memberkati


Salam dari produk kaderisasi iklan Ma**in dan tetap berada di #timantimastin,
Maria Paschalia Judith Justiari

Meteorologi 2012 - 12812006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar