Haaaaahh....
Penggembara menghela nafas untuk ke sekian kalinya.
Mungkin pohon sampai bosan menghitung helaan nafas orang yang bersandar padanya. Prediksi si pohon, orang yang bersandar padanya sedang kalut.
Penggembara kalut?
Ah, tidak juga. Penggembara bukan cuma kalut. Dia kehilangan dirinya. Kehilangan apa yang dia lihat, dengar, dan rasa. Padahal ucapan apapun dari mulutnya bukan berarti hilang.
Seperti yang dibilang, Penggembara tak hanya kalut.
Dia distorsi.
Untungnya bukan distorsi teman dari torsi di dunia benda tegar. Kalau sampai iya, Penggembara akan mengenal penyakit bernama stroke di dunia yang dia tinggali untuk pertama kali.
Oh ya, distorsi apa yang dialami Penggembara?
Distorsi karena tidak bisa mencurahkan distorsinya.
Benaknya bertanya, "Kepada siapa aku berucap jika tak ada yang ingin mendengar ucapanku? Mereka lebih peduli ucapan bibirnya masing-masing."
Pohon menambah jumlah helaan nafas orang yang bersandar padanya....
Penggembara menghela nafas untuk ke sekian kalinya.
Mungkin pohon sampai bosan menghitung helaan nafas orang yang bersandar padanya. Prediksi si pohon, orang yang bersandar padanya sedang kalut.
Penggembara kalut?
Ah, tidak juga. Penggembara bukan cuma kalut. Dia kehilangan dirinya. Kehilangan apa yang dia lihat, dengar, dan rasa. Padahal ucapan apapun dari mulutnya bukan berarti hilang.
Seperti yang dibilang, Penggembara tak hanya kalut.
Dia distorsi.
Untungnya bukan distorsi teman dari torsi di dunia benda tegar. Kalau sampai iya, Penggembara akan mengenal penyakit bernama stroke di dunia yang dia tinggali untuk pertama kali.
Oh ya, distorsi apa yang dialami Penggembara?
Distorsi karena tidak bisa mencurahkan distorsinya.
Benaknya bertanya, "Kepada siapa aku berucap jika tak ada yang ingin mendengar ucapanku? Mereka lebih peduli ucapan bibirnya masing-masing."
Pohon menambah jumlah helaan nafas orang yang bersandar padanya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar