Senin, 21 Juni 2010

Pahit

Cerita ini berbeda jauh dari obat yang rasanya pahit, bahkan jauh dari makanan yang paling pahit sekalipun, namun masih bermusuhan dengan kata manis

Latarnya di Jakarta, di suatu SMA. Kisahnya mengenai percintaan klise yang basi dan asli orang udah bosan dan muak sebelum membacanya.

Dan beginilah kisahnya...
SMA itu nggak seru kalau nggak ada bumbu-bumbu cinta.
Kalimat kuno yang diucapkan oleh ibunya terus terngiang di telinga Avi. Padahal dunia Avi cukup menyentakkan kata iri di hati cewek-cewek lainnya. Berlusin piala dan prestasi dengan angkuh terpampang di sekolahnya. Wajahnya manis dan mengisyaratkan bahwa ia orang cerdas. Tapi kalimat kuno itu selalu menghancurkan dunia Avi.

16 tahun gue hidup dan gue belum pernah merasakan pacaran.
Toto selalu memandang hidupnya semiris itu. Walaupun anak seorang nelayan, dia dapat meraih berjuta prestasi. Tetap saja dia memiliki perasaan minder karena mendapat cap anak nelayan. Padahal, bisa saja dia menarik hati para cewek dengan otak, hati, dan wajah manisnya. Sayang, cap anak seorang nelayan yang dia lekatkan sendiri telah meruntuhkan kepercayaan dirinya.

Klise dan basi. Sama dengan kisah percintaan remaja lainnya, Toto dan Avi dipertemukan di SMA dan kelas unggulan yang sama.

Kesan pertama: Biasa saja
"Saya Toto dari SMP X. Motivasi saya bersekolah di SMA A karena akreditasinya bagus."
3 deret bangku berikutnya...
"Saya Avi dari SMP Y. Saya bersekolah di sini karena dekat dari rumah."

Skenario pertama: dipanggil guru
"To, kamu kan ketua kelas, kamu kumpulin data-data anak kelas terus kasih tau ke saya,"
"Iya Bu,"
"Semua nomor hape harus ada ya, To,"
"Baik Bu." 

Skenario kedua: Di kelas yang panas dan penuh emosi
Angin semilir tak cukup untuk menghilangkan rasa gerah dan penat. Semua emosi karena ulangan geografi telah mengusir semua hiburan. Tapi di mata Toto, ada seorang gadis yang dapat menghilangkan gerahnya. Dan di mata Avi, ada sosok yang meredakan emosinya. 

Dunia Avi.
'Aku nggak tau sejak kapan, yang pastinya menurut aku Toto itu beda. Entah kenapa. Apa ini yang dimaksud bumbu-bumbu cinta? Kenapa tidak bisa dijelaskan dengan trigonometri? Kenapa tidak bisa diselesaikan dengan teori getaran dan gelombang? Kenapa semua yang aku pelajari selama ini tidak bisa mengungkap apa yang kurasakan pada Toto sekarang ini?"

Pikiran Toto.
'Gue capek ah. Gue jelas-jelas suka sama Avi. Tapi gue nggak mungkin jadi pacarnya Avi. Gue capek nerima kenyataan kalo gue nggak bisa jadi bagian dari hidup Avi. Gue capek ngeliat senyum Avi tanpa memiliki senyumnya. Gue capek menghapus perasaan gue ke Avi. Kalau ada jalannya, tolong kasih tau gue.'

Tak tersampaikan. Akhir cinta yang pahit.
Pahit yang terasa tanpa ada rasa manis sedikit pun.


.TAMAT.


oleh: Maria Paschalia Judith
 *cerpen abstrak* 
  

1 komentar: