Sabtu, 30 Mei 2020
Hari ini gue akan mulai menyimpan catatan aktivitas bertani (bertaninya yang sederhana aja kok, skala rumah tangga. Masih jauh jauh jauuuhh lebih hebat petani yang jadi produsen pangan kita) dari tempat tinggal yang sebenarnya sudah sejak Januari 2020 lalu. Waktu itu bermula dari gue menanam durian di tempat tinggal (gue inget banget, itu gue nanemnya pas malem Minggu). Sebulan belakangan ini, gue menyadari diri mencurahkan lebih banyak fokus dan energi pada kegiatan yang menyenangkan ini.
Bentuk tulisannya mungkin seperti buku harian, santai dan tak formal. Isinya juga suka-suka gue aja haha
Oke.
Di hari ini, setelah bangun pagi, gue langsung memindahkan tiga bayi bawang merah gue (Crowny, Boxy, dan Bangwa), bayi sereh, dan bayi kurma ke tempat yang terkena sinar matahari langsung. Sereh dan kurmanya belum tumbuh sepenuhnya jadi belum dikasih nama hehe.
Yang gue inget adalah, gue menanam Crowny, Boxy, dan Bangwa pada malam Takbiran, yakni Sabtu, 24 Mei 2020. Maafkan, gue lupa kapan menanam sereh (dua batang) dan kurma (enam biji), yang jelas setelah malam Takbiran itu.
Habis itu, seperti biasa gue makan buah naga. Bapak juga minta buah naga. Alhasil, ada dua sumber buah naga buat jadi bahan eco-enzyme. Sip, begitu selesai makan, gue membuat dua botol eco-enzyme berbahan baku kulit buah naga.
Agak siangan, gue membuat pupuk cair berbahan baku nasi basi. Nasi basinya sudah gue diamkan sejak Senin, 26 Mei 2020. Lumayan, bisa dapet dua botol. Ohya, bikinnya sambil dengerin seminar dalam jaringan tentang investasi haha
Karena ibundo habis ngupas kulit bawang, gue langsung bikin pupuk cair lagi sebanyak satu botol. Namanya pupuk cair kulit bawang.
Foto oleh M Paschalia Judith J Pupuk cair berbahan baku nasi basi |
Foto oleh M Paschalia Judith J Pupuk cair berbahan baku kupasan kulit bawang |
Sekitar jam 19.00, gue menanam lemon (sembilan biji), sereh (tiga batang), buah naga, dan bawang merah (satu umbi, namanya BlueDucky). Tanah dan media tanamnya udah gue jemur pas siang-siang. Sebelum ditanam, tanahnya gue siram dulu biar agak lembab tapi tak basah (loh? bingung ga?). Oh ya menanam ini berarti jadi aktivitas malam mingguan gue ehe
Alhamdulillah, satu jam kemudian, ibundo cuci beras. Alhasil, air cucian beras itu tertampung buat jadi santapan lezat bagi bayi bawang merah, sereh, kurma, buah naga, durian, dan lemon. Porsinya beda-beda. Selain durian dan buah naga, bayi-bayi tanaman awak mendapatkan satu centong. Buat bayi durian 3,5 centong dan bayi buah naga 2 centong.
Gue pikir kegiatan bertani gue di malam Minggu udah kelar. Pas ke dapur, ternyata ada kulit pepaya yang masih segar karena baru dikupas. Baiklah, langsung gue sikat dan jadikan eco-enzyme kulit pepaya. Berarti di hari Sabtu ini, gue bikin tiga botol eco-enzyme dan tiga pupuk cair, secara total.
Sungguh, botol-botol ini akan bermakna buat bayi-bayi tanaman yang sedang bertumbuh di tempat tinggal orangtua gue :')
Foto oleh M Paschalia Judith J Persiapan membuat satu botol eco-enzyme berbahan baku kulit pepaya. Tentu saja, lontong di piring tidak termasuk. |
Demikian halaman pertama catatan tani gue.
Beberapa bagian akan gue tulis rinci, kayak membuat pupuk cair nasi basi atau pupuk cair kulit bawang. Tapi, gue nunggu dulu hasilnya kayak gimana, soalnya dua pupuk cair itu masih berproses hehe.
Terima kasih sudah membaca catatan ini
Semangat selalu dan jangan lupa bersyukur
Semoga Sang Pencipta dan semesta melimpahkan cinta dan rahmat-Nya untuk kita semua
Salam dari yang baru memulai catatan bertani,
M Paschalia Judith J