Tulisan ini diketik dalam dua kerangka waktu
**********
Sabtu, 8 April 2017
ditulis karena bosan di tengah kemacetan teralay tingkat nasional. Bayangin aja, Tol Cikarang itu ternyata menyempit lajurnya, ditambah lagi ada perbaikan jalan cqcq.. Yha mungkin ini bisa jadi bahan inspirasi topik Tugas Akhir.
Baiklah.
Setelah curcol alay tentang macet yang tengah dihadapi, gue mau menuliskan permenungan gue yang dimulai sejak tanggal 2 April 2017 (iya, H+1 wisuda gue haha)
Tentang perempuan, cinta, dan karya :)
Ternyata bray, setelah wisuda gue merasa rutinitas gue sekosong itu. Biasanya malam-malam gue habiskan di kampus buat rapat atau nge-lab. Terus tiba-tiba aja gue bingung malam-malam sekarang mau ngapain yak.
Muncullah suatu pertanyaan secara tak diundang.
"Jangan-jangan seorang perempuan memilih untuk fokus ke karya lantaran ketiadaan cinta dari pasangannya. Bahasa singkatnya, karena kesendiriannya."
Gue pun menengok ke teman-teman gue lainnya yang sudah berpasangan. Misalkan di suatu malam yang sama. Teman gue yang berpasangan menghabiskan waktu dengan pasangannya, mungkin makan berdua atau bercengkrama atau menikmati hobi masing-masing. Di malam itu, gue sedang asyik-asyiknya rapat. Kemudian luluslah gue dari kampus. Di malam yang sama lagi, teman gue yang berpasangan masih melakukan hal yang sama sedangkan gue bingung mau ngapain. Akhirnya gue memutuskan untuk menemani teman gue di kosan atau menghabiskan malam di kantor.
*********
Senin, 26 November 2018
/masih ingat hendak menulis apa, terima kasih Yang Mahakuasa dan semesta :)/
Oh iya, kantor yang dimaksud itu Kompas Jawa Barat karena sebelum lulus (hingga diwisuda), gue magang di sana. Lokasinya di Jalan RE Martadinata, Bandung.
Lanjut.
Kesadaran setelah lulus itu membuat gue menelusuri internet dengan kata kunci pencarian "love career woman" untuk membuktikan hipotesis gue pada saat itu.
Hipotesis gue adalah:
Perempuan yang terlihat suka bekerja sebenarnya bisa saja dilatarbelakangi oleh kesendiriannya serta kebutuhannya akan cinta dari pasangan (yang belum kunjung hadir) dan kebutuhannya akan aktualisasi diri dalam mencintai si pasangan.
Namun, karena si perempuan tampak suka bekerja, dia mendapatkan sentimen dari laki-laki sehingga laki-laki pun berpikir berkali-kali untuk mendekatinya.
Lah kalau kayak gitu kan jadi lingkaran setan yang nggak ketolongan alaynya yak.
Namun, usut punya usut di internet, gue tidak menemukan bukti terhadap hipotesis awal. Yang ada, gue malah menemukan sejumlah kisah wanita karir yang dapat menyeimbangkan waktu dan tenaganya antara keluarga dan karyanya.
Baik.
Tampaknya, sementara dapat disimpulkan, perempuan-cinta-karya itu semua tentang waktu versi-Nya saja.
Kayak motivasi yang selalu gue dengungkan pada diri gue, "Semua indah pada waktunya. Kalau belum indah, ya berarti belum waktunya. Ehe"
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini
Semangat selalu dan jangan lupa bersyukur yaaps bunds
Semoga Yang Mahakuasa selalu memberkahi kita :D
Salam dari yang akan menemukan waktu-Nya untuk menyeimbangkan diri bagi keluarga dan karya,
M Paschalia Judith J