evaporasi/eva·po·ra·si/ /évaporasi/ n 1 proses yang terjadi apabila jumlah molekul yang keluar dari permukaan lebih besar daripada jumlah yang kembali ke permukaan air; 2 Kim proses perubahan molekul zat cair menjadi gas atau uap air; penguapan
Bandung, 27 Mei 2016
Oh hai pembaca!
Tampaknya ini tulisan pertamaku di 2016. Huhuhu lama tidak menulis :(
Rasa-rasanya jadi kaku begini :(
Tulisan inipun tampaknya singkat dan tak beraturan. Bisa jadi juga antar paragrafnya tak berkaitan. Tapi tak apa.
1. Loh kenapa tak apa, Dith?
Aku merasa seminimal-minimalnya apapun yang aku pikirkan, rasakan, dan terinteraksikan perlu dituliskan. Evaporasi dalam diriku benar-benar begitu cepat! Terutama evaporasi dalam dimensi karsa, rasa, dan indera. Ada 3 hal yang aku renungkan selama seminggu ini. Dan detik ini, yang masih menggaung tinggal 1. Dua lainnya menguap. Sambil mengingat-ingat dua lagi, aku catat dulu yang masih nongkrong di otakku ini.
"Jangan-jangan suatu ketidaktahuan merupakan pengetahuan."
2. Tadi siang di angkot
Seperti biasa, ke mana-mana aku cenderung menggunakan angkot. Kali ini aku memperhatikan suatu percakapan dalam angkot jurusan Margahayu - Ledeng.
Ada seorang ibu bersama 2 anaknya, laki-laki dan perempuan. Tampaknya anak laki-laki si ibu ini masih di bawah lima tahun sedangkan anaknya yang satu lagi di atas lima tahun. Bocah kecil itu bertanya pada kakaknya yang sibuk dengan ponselnya, "Kak, itu apa, Kak?" sambil menunjuk-nunjuk. Khas anak kecil, gumamku. Sayangnya si kakak tidak menggubris dan masih asyik dengan ponselnya.
Tidak puas karena tak mendapat jawaban, si adik menarik-narik lengan kakaknya sambil mengulang pertanyaan, "Kak, itu apa?". Si kakak hanya melirik adiknya sepintas lalu kembali memainkan ponselnya.
Akhirnya, si adik langsung membalikkan badan ke ibunya dan mengajukan pertanyaan yang sama, "Bu, itu apa?". Sambil tersenyumnya, sang ibu menjelaskan pada anak laki-lakinya, "Itu lampu, Nak." Kemudian percakapan mengenai lampu antara ibu dan anak kecil itu mengalir begitu saja sampai aku turun dari angkot. Sedangkan si kakak masih asyik dengan ponselnya.
Gara-gara memperhatikan kejadian tadi, aku jadi mempertanyakan diriku sendiri. Apakah ketika aku di samping adikku, aku sering mengabaikan adikku dan lebih memilih menghabiskan waktu dengan ponselku? Apakah aku selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan sesederhana apapun itu yang dilontarkan adikku? Apakah aku sering membangun percakapan yang mengalir dengan adikku?
Hmmmmm
Untuk adikku, semangat SBMPTN yaa!! Ku doakan keberhasilan dan restu Yang Mahakuasa menyertai dirimu.. Amin.!
Terima kasih telah membaca tulisan ini
Semangat selalu dan jangan lupa bersyukur yaapss :3
Semoga Yang Mahakuasa senantiasa memberkati
Salam dari yang menjaga karsa dan rasanya dari evaporasi,
Maria Paschalia Judith Justiari