11 Juni 2013. Pengumuman Penjurusan.
Di tengah ucapan syukur teman-teman sekampus yang diterima di jurusan yang diinginkan, gue cuma bisa menangisi perjuangan 5 tahun untuk menjadi mahasiswi jurusan yang gue inginkan..
Di tengah status media sosial yang menyatakan kegembiraan teman-teman sekampus gue yang diterima di jurusan yang diinginkan, gue cuma bisa berteriak penuh kepedihan mendalam disertai kekecewaan dalam hati gue..
Di tengah euforia keberhasilan teman-teman sekampus gue yang diterima di jurusan yang diinginkan, gue cuma bisa merasa diri gue adalah sampah karena gue terbuang dari jurusan yang gue cita-citakan dan perjuangkan selama 5 tahun..
Di tengah teman-teman sekampus gue yang bisa dengan bangga menjawab ketika ditanya "Kamu jurusan apa?", gue cuma bisa meratapi mimpi yang susah payah gue perjuangkan selama 5 tahun dengan bangga dan kini hanya tersisa puing-puing..
Di tengah teman-teman sekampus gue yang bisa memberitakan kabar bahagia kepada keluarganya bahwa dia diterima di jurusan yang diinginkan, gue cuma bisa menatap orangtua gue menangis dalam hati melihat gue yang stress akut karena tidak masuk jurusan yang gue inginkan..
Gue ga bisa marah sama siapapun kecuali sama diri sendiri. Semua orang di sekitar gue hanya mendapat laporan kegagalan dari mulut gue (yang gue sendiri pun enggan mengatakannya).
Bersyukurlah ketika lo mendapat apa yang lo inginkan karena salah satu nikmat yang menyenangkan adalah ketika lo melakukan apa yang lo suka, apa yang lo inginkan.
Gue di sini beneran stress, sakit jiwa. Iya. Sakit jiwa. Memikirkan bagaimana ke depannya sambil menatap kehancuran mimpi dan cita-cita yang gue perjuangkan. Sekarang gue melihat masa depan gue buram. Begitu ada cahaya semungil lilin, langsung padam. Gelap. Yaaahh, begitulah gue memandang masa depan gue sekarang.
Maaf, gue memang tidak terima kalimat "Itu jurusan yang terbaik buat lo, Dith."
Kalau terbaik, ga akan bikin gue stress dan sesakit ini.
Maaf, gue memang tidak terima kalimat "Itu jalan yang harus lo lalui, Dith."
Harus gue lalui? Kenapa yang lain engga? Gue aja ga mau sama sekali.
Maaf, gue agak sedikit tidak terima kalimat "Lo kan kuat, Dith."
I'm tired to be strong....... Ada hal yang membuat gue benar-benar cuma bisa menangis. Ini salah satunya.
Maaf, gue enggan menjawab pertanyaan "Masuk jurusan mana, Dith?"
Ya pikir aja lah kenapa.
Maaf, gue berlebihan soal ini dan menganggap ini bencana.
Ya gue memperjuangkan mimpi gue dengan segala pengorbanan dan jatuh bangun tuh selama lima tahun.
Maaf, gue akan mengisolasi diri gue untuk beberapa waktu ke depan.
Maaf, gue akan sering nyampah di beberapa sosial media. Maaf yaa..
Maaf, gue antipati dan sensitif abis mengenai hal penjurusan.
Maaf kalau gue terlihat over-pathetic dan terkesan nyari perhatian.
Karena gue memang butuh perhatian.
Tapi terima kasih buat dukungan, hiburan, keyakinan yang kalian berikan, dan semangatnya.
Buat Gusti Ruri Lestari, Khoirunnida, Ika Indah Fitria, Cindy Rachel Jessica, Amalia Dwiandani, Corry Angelica, Angela Merici Bella, Seto Adi Prabowo, Joseph Christoffel, Yustinus Marcellino, Michael Setiawan (ko Chiki), Yakobus Geganaseta, Yosef Michael Julianto, Teguh Sanjaya, Innocentius Andrien Ivander, Kristofora Alvin, Leonardus Andrew, Abdi Pistari, Extivonus Kiki Fransiskus, Paulus Junior, Dimitrij Ray, Tatjana Dabita, Nuresa Riana, Maria Regina, Anton Prayogo, Christian Chandra, Nicolas Jalu, Giovanno Dirk.
Terima kasih banyak yaa
Terima kasih karena telah meyakinkan gue beberapa hal walaupun mungkin gue sendiri belum yakin sama diri gue. Ini berarti banget.
Gue memang butuh banget semangat karena gue hidup dari semangat dan sekarang semangat hidup gue lenyap entah ke mana lalu kalian memberi semangat itu lagi pada gue. Makasih :')
Terima kasih yaa kalian :'"""")
Pengkhotbah 3 : 11
"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."
Iya Tuhan, maaf yaa... Judith ga ngerti. Sumveh, sama sekali ga ngerti. Tapi satu hal, Judith ga marah sama Tuhan. Biarpun Judith mempertanyakan ini pada Tuhan karena betapa dangkalnya iman Judith, Judith tetap berpegang teguh pada Allah Tritunggal Mahakudus.
Yudit 13 : 7b
"Ya Tuhan, Allah Israel, kuatkanlah aku pada saat ini."
Judith akan berjuang, pasti bisa Dith! :')
Terima kasih telah membaca tulisan ini.
Tuhan memberkati.
Salam dari yang terbuang dari jurusan yang diperjuangkan selama lima tahun,
Maria Paschalia Judith Justiari.